Prolog

7.6K 470 19
                                    


Intro dulu ges! Sabar!😄

Asallamualaikum! Anyoeng! Hai!
I'm comeback! 🙆

Seperti yang kalian liat, saya balik lagi ke dunia orange! Pastinya dengan karya baru, suasana baru, dan status baru saya sebagai ibu 😄

Oke! Kali ini saya bawa story fiksi baru dengan genre melodrama, meriage life, sama ada bumbu-bumbu sad seperti biasa (Berasa enggak pas kalo enggak ada unsur sad-sadnya) *apaandah! 😂

Oh iya, untuk menyiapkan cerita ini aku jadi sering bolak-balik ke Mbah Gugel buat riset dan cari tahu. Meskipun cerita fiksi, aku enggak mau asal sembarangan menyajikan sesuatu yang enggak ada penjelasannya. Termasuk dengan apa yang terjadi sama tokoh Dimas nantinya.

Ya udah lah itu aja! Intinya mah saya kangen kalian semuah. Termasuk vote dan komennya, itu yang penting!😂😂

Cus! Langsung aja!

Happy reading!

¤¤¤


"Kamu mau, ya? Menikah sama cucu Oma?"

Gadis itu terdiam. Lagi, Pertanyaan itu kembali meluncur dari seorang wanita paruh baya yang tengah berbaring di ranjangnya. Ini bukan pertama kalinya. Gadis yang tidak lain adalah Luna itu merasa segan untuk menerima tapi enggan untuk menolak.

"Luna."

Luna mendongak, dan tatapan memohon itu yang Luna temukan. Ia menghela napasnya.

"Oma, Luna merasa tidak pantas untuk menerima permintaan Oma."

"Bagaimana kalau ini bukan permintaan. Tapi ini perintah!" Nada tegas itu meluncur begitu saja.

Luna tercenung. Jika itu sebuah perintah, Luna bisa apa. Oma Ningsih sudah banyak membantunya. Dan Luna tahu, perintah dari oma Ningsih tidak bisa ia tolak. Luna akan merasa sangat tidak tahu diri jika ia menolak perintahnya.

Detik berikutnya, Luna merasa genggaman hangat di tangannya. Senyuman kecil muncul di wajah tua Oma.

"Luna, Oma tidak bermaksud untuk memberikan beban buat kamu. Tapi, hanya kamu yang bisa Oma percaya untuk mendampingi Dimas. Oma udah kenal kamu lama, dan Oma tahu kamu memiliki hati yang tulus."

"Tapi-"

"Anggap saja ini permintaan terakhir dari wanita tua penyakitan seperti Oma."

"Oma!" Luna memrotes ucapan Oma.

Terlihat Oma Ningsih terkekeh kecil.

"Makanya, Kamu mau, ya? Oma akan sangat bahagia jika kamu menerimanya."

Luna menghela napas. "Tapi Oma, kalaupun Luna menerimanya, belum tentu cucu Oma itu mau sama Luna," kata Luna masih mencoba mengelak. Luna rasa itu alasan yang paling masuk akal untuknya. Namun, sepertinya itu tidak berpengaruh bagi Oma.

"Kamu tenang aja, Dimas tidak pernah menolak permintaan Oma," jawab Oma tersenyum geli.

Luna menggaruk telinganya. Bingung harus mengelak bagaimana lagi. Ia kembali menghela napasnya pasrah kali ini.

"Ya udah, beri waktu Luna untuk berpikir Oma."

Jawaban Luna langsung membuat senyuman lebar terbit begitu saja di bibir Oma Ningsih.

Cinta Untuk DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang