Part 15 - Permohonannya

2.6K 319 33
                                    

Hai! Hai!
Dimas dan Luna datang lagi!
Cepet kan? 😄

Cuss! Kasih vote ☆ dulu biar afdol!

°°

Happy reading!


°°°



“Dimas sudah bersama saya. Kamu tunggu saja di rumah. Saya akan mengantarnya pulang. Panggil dokter juga, dia tidak mau dibawa ke rumah sakit.”

Setelah menutup panggilan dari seseorang yang mengaku telah menemukan Dimas, Luna segera keluar kamar dengan langkah terburu-buru. Entah siapa yang menghubunginya, karena hanya nomor asing yang tertera. Tapi Luna tak peduli. Baginya, mendengar seseorang menemukan Dimas membuatnya begitu lega, dan berharap semua itu memang benar.

“Kenapa? Ada apa? Luna!”

Panggilan dari mamanya yang berpapasan dengannya di ruang tamu pun tak Luna hiraukan. Dirinya kini tengah berusaha menghubungi dokter Fakhri sesuai dengan perintah seseorang yang menghubunginya beberapa waktu lalu.

“Dokter Fakhri, Anda bisa datang ke rumah saya sekarang?”

“....”

“Iya. Penting. Ini tentang kondisi Dimas. Nanti saya ceritakan detailnya saat Anda sampai.”

“....”

“Baiklah. Terima kasih, Dokter. Tolong jangan terlalu lama.”

Setelah itu, Luna menutup panggilan tersebut. Ia mengatur napasnya sejenak, tatapannya tertuju pada gerbang rumah di depan sana.

“Ada apa lagi? Kenapa kamu malah menghubungi dokter Fakhri?”

Luna menoleh menemukan Mama Mayang yang datang dengan wajah bingungnya. Luna tersenyum kecil, lalu memeluk sang mama.

“Dimas udah ketemu, Mah. Dimas mau pulang,” bisiknya parau.

Mayang baru saja hendak membuka mulutnya ketika ia justru melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang rumah, Luna pun yang turut mendengar deruan suara mobil segera melepaskan pelukannya dari sang mama.
Saat itulah tatapan Luna langsung tertuju pada Dimas yang baru saja turun dari mobil tersebut.

Tanpa sadar Luna sudah melangkahkan kakinya, sejenak Luna mengalihkan tatapannya pada seseorang yang berada di dalam mobil. Kaca mobil sedikit terbuka, membuat Luna melihat siapa yang mengantar Dimas. Hanya sekilas, karena setelah itu mobil kembali melaju. Marisa, itu Marisa yang mengaku sebagai mamanya Dimas. Luna merasa trenyuh. Bahkan di saat seperti ini, Marisa masih saja menunjukkan sikap angkuhnya.

Tapi siapa peduli, keadaan Dimas saat ini lebih menyita perhatiannya. Dimas, lelaki itu jauh dari kata baik-baik saja. Wajah pucat dengan badan, dan pakaian kotornya. Luna bahkan melihat ada beberapa lebam di wajah Dimas. Mata Luna memanas, napasnya menyesak melihatnya. Dan hatinya semakin hancur ketika Dimas justru melangkah mundur perlahan ketika ia mendekatinya.

“Dimas!” panggilnya. Air mata mulai mengalir di pipinya. Dimas memang berhenti, namun tatapan itu membuat Luna tak kuasa menahan isak tangisnya. Dimas menatapnya takut, seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.

Luna pun berlari, lalu memeluk Dimas yang hanya terpaku di tempatnya. Hawa panas dari tubuh Dimas langsung Luna rasakan, yang membuat Luna semakin memeluk suaminya erat.

“Dimas ke mana aja? Luna udah pulang. Luna nungguin Dimas di rumah,” bisiknya yang tak dapat tanggapan dari Dimas. Dimas masih diam tanpa kata.

Cinta Untuk DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang