Part 1 - Sebuah Awal Yang Berakhir

3.9K 481 12
                                    

"Kita selalu mengira kebahagiaan akan datang dengan mudah. Tapi kita salah. Butuh waktu, tenaga, usaha, pengorbanan untuk melewati segala rintangan. Saat itu tiba, kebahagiaan yang sebenarnya telah datang menghampirimu."

***

Cus! Pencet bintang kecilnya dulu sebelum baca! 😄


Happy reading!

***

Rencana tetaplah rencana, janji tetaplah janji. Satu bulan setelah pertemuan hari itu, pernikahan pun terjadi. Janji suci telah terucap dari mulut Dimas. Awal kehidupan barunya pun dimulai.

Namun sayang, oma Ningsih tak sempat menyaksikan pernikahan sang cucu yang ia idam-idamkan. Satu minggu sebelum pernikahan, oma Ningsih sudah lebih dulu dipanggil yang kuasa. Hal yang sempat membuat Luna menyesal. Andai saja ia mengambil keputusan lebih cepat, oma Ningsih pasti masih memiliki kesempatan untuk menyaksikan pernikahannya.

Luna menghela napasnya. Masih merenung di depan cermin besar di kamar mandi kamarnya dengan Dimas. Pagi ini, Luna baru saja membersihkan diri, sekaligus berendam guna menghilangkan rasa lelahnya. Resepsi pernikahan yang mewah semalam membuatnya lelah, karena banyaknya tamu undangan yang datang. Luna tersenyum memperhatikan raut wajahnya. Ia tidak munafik, ia merasa bahagia dengan pernikahannya.

Setelah beberapa saat, Luna memilih keluar dari kamar mandi. Dan pemandangan Dimas yang masih tidur dalam keadaan bertelanjang dada yang kembali menyambut Luna. Melihat itu membuat pipi Luna memanas, teringat kembali apa yang terjadi semalam. Malam panjang yang seharusnya dilakukan oleh suami istri di malam pertamanya.  Luna menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, malu sendiri. Meskipun tidak ada rasa cinta di antara mereka, Luna tetaplah seorang gadis yang baru pertama kali melakukannya.

○○

Hari pertama menjadi seorang istri, Luna awali dengan membuat sarapan spesial di pagi hari. Entah kenapa Luna begitu bersemangat.

Luna baru saja mematikan kompornya ketika ia mendengar suara kursi ditarik. Luna menoleh, menemukan Dimas yang baru saja duduk di kursi meja makan. Luna pun buru-buru menyelesaikan pekerjaannya, dan menyajikan masakannya di hadapan Dimas.

“Selamat pagi!” sapa Luna dengan nada sopannya.

“Pagi.” Dimas menjawab singkat.

Luna membiarkan saja. Ia lebih memilih mengambilkan sarapan untuk Dimas.

 Sekarang Luna sedikit mengetahui sifat Dimas. Lelaki yang lurus terkesan kaku, irit bicara terkesan dingin. Berbanding terbalik jika Dimas berhadapan dengan Oma, Dimas akan menunjukkan sifat yang hangat, dan lembut. Mungkin Dimas begitu terpaksa menikah dengannya, yang membuat Dimas bersikap antipati terhadapnya, dan Luna memaklumi itu.

“Duduklah, ada hal yang perlu saya bicarakan sama kamu.”

Langkah Luna yang hendak mencuci tangan terhenti. Berpikir sejenak, lalu kembali dan duduk di kursi.

“Apa itu?”

Terlihat Dimas tengah menyesap kopinya, lalu mulai fokus terhadap Luna.

“Langsung saja. Karena kamu sudah menjadi seorang istri, saya ingin kamu berhenti dari pekerjaan kamu.”

Luna terkesiap, menatap Dimas dengan kaget. Luna berharap ia salah dengar.

“Kamu bilang apa?” tanya Luna guna meyakinkan pendengarannya.

Cinta Untuk DimasWhere stories live. Discover now