Part 13 - Kenyataan Yang Sebenarnya

2.5K 303 24
                                    


Hai Hai!

Dimas dan Luna dateng telat lagi.
Maafin, jangan kasih hukuman dengan mogok kasih vote ya! 😁

Yuks langsung saja!

Happy reading!

°°°

"Kepergianmu menyadarkanku. Kamu sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupku tanpa aku sadari."

Tujuan utama Luna pulang dari rumah sakit lebih cepat adalah agar ia bisa segera bertemu dengan Dimas. Tapi, kenyataan tak sesuai dengan harapannya. Ia tak menemukan Dimas di rumah, atau di mana pun. Bahkan sampai malam menjelang, Luna belum menemukan Dimas yang kini entah di mana. Dimas hilang, begitu pun dengan Raka yang tak menjawab panggilannya sama sekali.

Luna marah, khawatir, dan perasaan resah lainnya bercampur jadi satu. Sungguh, ia takut terjadi sesuatu pada Dimas.

“Gimana? Raka enggak jawab juga?”

Luna menggeleng menjawab pertanyaan sang mama. Tatapannya masih tertuju pada ponselnya. Mencoba menghubungi Raka entah ke berapa kalinya. Luna tidak akan berhenti sebelum Raka menjawab teleponnya, tidak peduli berapa ratus kali ia melakukannya. Ia hanya ingin tahu keadaan Dimas, hanya itu.
Saat ini keduanya tengah berada di dalam mobil, menyusuri jalanan kota yang masih ramai di malam hari. Berharap ia menemukan Dimas atau pun Raka. Mama Mayang fokus pada jalanan yang dilaluinya, sedangkan Luna terus menghubungi Raka. Tapi sial, Raka benar-benar tak menggubrisnya sama sekali.

Dengan tangan gemetar, Luna pun mulai mengetikkan beberapa kata, dan mengirimkan pesan singkat.

Raka! Bawa pulang Dimas sekarang juga! Kalau sampai terjadi sesuatu sama Dimas. Aku pastikan kamu menyesal! Aku enggak main-main!” ketiknya.

Setelah itu, Luna menunggu beberapa saat, berharap Raka akan membalas pesannya. Tatapannya tetap awas melihat apa saja yang ia lewati di pinggir jalan. Namun, Raka tak juga membalas pesannya, sedangkan Luna sudah begitu marahnya.

“Kita ke kantor polisi, Mah!”

Mendengar itu membuat Mayang menoleh sesaat, terkejut akan kata-kata Luna. “Kamu yakin? Luna, jangan gegabah. Siapa tahu Raka enggak ada niat buruk sama Dimas!” katanya memperingatkan.

“Enggak. Luna udah mencoba berbicara baik-baik. Kalo emang Raka enggak niat buruk sama Dimas, harusnya dia udah  jawab telepon dari Luna. Luna tahu siapa Raka, Mah. Firasat Luna merasakan kalo udah terjadi sesuatu sama Dimas.” 

Tatapan Luna lalu beralih pada sang mama. Matanya mulai berkaca-kaca. “Luna khawatir Dimas kenapa-napa, Mah!” gumamnya, lalu setetes air mata pun mengalir dari pelupuk matanya.

°°°

Malam semakin larut. Gelap dan dingin Dimas rasakan.  Dimas tidak tahu dirinya ada di mana. Ia hanya mengikuti saja ke mana kakinya melangkah, menyusuri jalanan panjang yang seolah tak berujung. Dimas sudah berusaha meminta bantuan, beberapa kali ia melambaikan tangan pada setiap kendaraan yang melewatinya. Tapi tak ada satu pun yang mau berhenti menolongnya. Dirinya seperti tak terlihat di mata mereka.

“Dimas mau pulang,” gumamnya. Tatapannya awas ke sekitarnya. Dimas takut ada sesuatu yang berbahaya. Hantu, atau orang-orang jahat seperti Raka dan teman-temannya.

Kaki Dimas mulai merasa lelah, dan sakit untuk melangkah, tapi keinginan untuk pulang begitu kuatnya. Dimas bahkan ingat kata-kata Luna. Kalau suatu saat Dimas tersesat, di mana pun dirinya berada, Dimas harus mengambil jalan putar balik, dan sekarang Dimas sudah melakukannya. Dimas tidak tahu arah yang ia ambil benar atau tidak, tapi kalau dirinya ingin pulang, maka ia harus kembali.

Cinta Untuk DimasWhere stories live. Discover now