02. Ekstrakulikuler

28 3 3
                                    

02.

Ekstrakulikuler.

》ACTION!《

Sedaritadi tatapanku tak kunjung beralih dari secarik kertas yang berisi deretan daftar ekstrakulikuler di SMA. Mengusap-usapkan ujung pena pada pucuk kepalaku, aku memberenggut kesal. Banyaknya ekstrakulikuler yang ada membuatku terjatuh pada beberapa opsi. Astronomi, melukis, sastra, dan drum band. Selain itu, aku juga memiliki keinginan untuk bergabung dengan organisasi jurnalistik.

Drrtt! Drrtt!

Vibrasi yang berkali-kali datang dari ponselku membuatku mengesampingkan hal yang membuatku bimbang itu. Akhirnya, aku meletakkan kertas ekstrakulikuler itu di atas nakas, lalu merebahkan diri di atas kasur seraya bermain ponsel, membuka aplikasi BBM yang sedang maraknya saat itu.

Ada satu undangan berteman. Tanpa pikir panjang aku langsung menerimanya, meski awalnya aku sedikit curiga dengan akun bernama Bambang Subambang itu yang menggunakan gambar Patrick Star sebagai foto profil.

Tapi, aku masa bodoh saja dengan si Bambang itu. Tidak ada gunanya memikirkan orang yang sama sekali tidak kita kenal.

Tatapanku kini beralih pada ruang obrolanku dengan Nabila. Daritadi cewek itu terus mengirimiku pesan. Bahkan, sekarang di bawah namanya terlihat tulisan mengetik. Kuputuskan untuk tidak membalas pesannya terlebih dulu, menunggunya selesai mengirim pesan beruntun.

Nabila
Oi

Nabila
NYA!

Nabila
LO HARUS TAU INI!

Nabila
LO JOIN SILAT SAMA GUE. GMW TW.

Nabila
ADA BERITA BARUUUUU

Zevanya
Paan? Ogah gue masuk ekskul silat. Yang ada gue bonyok duluan sebelum mulai.

Nabila
Alah, bonyok di awal doang.
Nanti juga lo pasti bisa menangin beberapa kejuaraan ngalahin gue.

Zevanya
G.

Nabila
Ayolah, gue punya gosip anget ni:(

Zevanya
Yodah, buru cerita. Mumpung gue lagi haus ngeghibah.

Nabila
G. Gabung silat dulu makanya.

Zevanya
G.

Aku menatap profil akun Nabila dengan terheran-heran. Kenapa cewek itu tiba-tiba memaksaku untuk bergabung dengan ekstrakulikuler silat? Bahkan, dia tahu meskipun aku barbar, aku tidak menguasai sedikitpun ilmu bela diri. Paling cuma tamparan dan cubitan.

Lagipula, aku juga mager. Olahraga membuatku banyak kehilangan energi untuk rebahan.

Drrtt!

Ah, ada pesan baru. Aku mengernyitkan dahi. Dari si Bambang tadi. Ada apa, ya?

Bambang Subambang
Ini siapa?

Hah?

Aku mengerjapkan kedua mataku cengo. Bukankah dia duluan yang meng-invite-ku? Harusnya aku yang tanya, dong. Kok jadi dia?

SerendipityWhere stories live. Discover now