RINDU ANJELI

15.7K 532 3
                                    

Anjeli telah menyiapkan semua keperluan yang akan dibawa Hafsah ke Guangzhou China. Ya Mirza sudah mengurus semuanya. Pengobatan kangker yang modern untuk ibunya Anjeli. Pengobatan yang disebut model terapi komprehensif. Terapi ini adalah metode gabungan pengobatan timur dan barat bertarget minimal invasif. Yang nantinya bisa membunuh sel kangker.

Apapun akan dia lakukan untuk kesembuhan ibu Anjeli. Walau harus memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mirza menyayangi mertuanya, seperti halnya pada ibu kandungnya sendiri. Namun, ibunya tak sanggup bertahan meski Mirza telah mengupayakan pengobatan terbaik untuk ibunya. Mirza hanya berusaha. Selebihnya biar Tuhan yang mengaturnya.

Jika dia harus kehilangan ibunya untuk selamanya, setidaknya tidak bagi Anjeli. Ia berharap semoga mertuanya bisa sembuh dan berada di tengah-tengah mereka nantinya.

"Ibu, gapapa kan kita akan melakukan perjalanan jauh?" Hafsah mengangguk. Mirza menggunakan pesawat jet pribadinya untuk bisa sampai ke sana.

Anjeli saat ini sedang libur semester, jadi bisa menemani ibunya berobat ke China dan Mirza tidak bisa ikut menemani mereka. Sedangkan Rendi adiknya Anjeli, tetap di rumah menjaga adiknya Amelia yang masih duduk di bangku SMP.

Mirza menatap Anjeli lekat saat Anjeli akan naik ke pesawat. Ada gelenyar aneh dalam diri Anjeli saat Mirza mencium keningnya, lalu tersenyum dengan ramah.

"Hati-hati ya. Orangku sudah kusuruh mengurus semuanya di sana. Semoga ibu bisa disembuhkan. Kalau ada apa-apa kamu segera hubungi aku ya."

"Iya Mas, makasih. Mas sudah mengusahakan semuanya untuk ibu."

"Ibumu, ibuku juga Anjeli. Jadi tidak perlu seperti itu." Mirza berjongkok mensejajarkan dengan ibu Anjeli yang berada di kursi roda. Mirza mencium tangan beliau."Cepat sembuh ya bu. Maaf Mirza tidak bisa ikut."

"Tidak apa-apa Nak, terimakasih kamu sudah banyak membantu kami."

"Sama-sama, Bu."

Mirza melepas kepergian istri dan mertuanya itu. Setelah itu dia kembali ke kantornya. Hidupnya terasa hampa setiap hari hanya berkutat dengan pekerjaan kantor. Lelah tentu saja. Oleh sebab itu dia membutuhkan sesuatu yang bisa membuat dia tetap On setiap saat. Selalu tampil percaya diri di depan orang banyak. Pekerjaannya sebagai CEO, menuntutnya untuk selalu berfikir keras setiap hari. Dan keputusan penting setiap hari ada di tangannya.

"Ben, sudah ada barangnya?"

"Sudah bos. Sekarang semakin sulit mendapatkan barang itu. Pihak berwajib semakin ketat sekarang. Bos, kenapa tidak berhenti saja? bos bisa masuk rehabilitasi kalau mau." Beni tampak khawatir dengan keadaan bosnya yang semakin hari semakin tergantung pada barang haram itu.

"Aku pengen masuk rehab, Ben. Tapi bagaimana dengan perusahaan ini? siapa yang akan menangani selagi aku ga ada? Aku juga lelah seperti ini terus Ben. Kamu lihat sendiri kan, kakak-kakakku tidak ada yang mau peduli dengan perusahaan ini. Mereka hanya menerima uang bulanan saja. Tanpa mau membantuku sedikitpun." Mirza masih sibuk dengan laptopnya, sesekali melihat Beni yang duduk di depannya. Beni adalah satu-satunya orang yang bisa dia percaya saat ini. Bisa dibilang tangan kanannya. Bahkan urusan jodohpun, Beni yang mencarikan untuk Mirza.

Mirza mempunyai dua orang kakak. Keduanya laki-laki, Miqdam dan Miftah. Tapi keduanya tidak ada yang mau membantu Mirza mengelola usaha almarhum ayahnya. Mereka hanya meminta jatah bulanan, tidak mau bekerja. Bahkan saat ibu mereka sakit, semua yang mengusahakan adalah Mirza. Bisa dibilang Mirza adalah putra kesayangan ibunya dan tulang punggung keluarga. Hingga beliau meminta ingin melihat Mirza menikah di akhir hidupnya.

"Tapi apa mbak Anjeli tahu kebiasaan Bos yang buruk ini?"

"Jangan sampai tahu, Ben. Kalau dia tahu, dia mungkin akan meninggalkan aku. Kini aku sendirian. Hanya Anjeli yang aku punya. Dia adalah wanita yang baik. Aku tidak mau membebani pikirannya dengan masalahku.

(TAMAT) SINCERITY OF LOVEWhere stories live. Discover now