Kunci

2.8K 266 8
                                    

©claertesquieu 2019

Idaman. Begitu jawaban orang-orang jika disuruh mendeskripsikan hubungan antara Taeyong dan Jaehyun. Keduanya memang sudah bersama semenjak SMA. Dan bahkan saat keduanya sudah mulai sibuk berkarir, sama sekali tidak ada tanda-tanda jika hubungan mereka akan berakhir.

Keduanya bahkan tinggal bersama sejak duduk pada bangku perkuliahan. Dari yang awalnya hanya kamar asrama dengan tempat tidur susun, hingga berubah menjadi sebuah rumah minimalis dengan satu kamar khusus untuk berdua. Kini, keduanya telah menjadi teman hidup.

Mereka belum menikah. Tapi ikatan di antara mereka berdua bisa saja mengalahkan cerita Cinderella. Mereka manis -terkadang terlalu manis. Tatapan mereka saat melihat satu sama lain tidak pernah berubah. Selalu teduh dan penuh rasa sayang.

Terlebih Jaehyun, rasanya tidak ada hari tanpa menatap Taeyong dengan senyum tipis yang membuat pipinya bolong separuh.

***

Pagi tanpa suara gaduh Taeyong rasanya tidak lengkap memang. Jaehyun dengan malas membuka mata dan tersenyum tipis. Sudah gemas walaupun tanpa melihat wajah Taeyong yang ia yakini sedang merengut dengan alis yang hampir menyatu.

Jaehyun melihat ke laci samping mejanya, lalu kembali tersenyum tipis. Diambilnya benda itu lalu ia masukkan ke dalam saku piyama. Dengan malas Jaehyun menyeret kedua kakinya untuk bangun dan berjalan menuju ke dapur. Menemani Taeyong yang sudah rapi dan tengah mencomot apel tanpa memperhatikan sekitar.

Taeyong bangkit dari duduknya setelah mengabiskan sebuah apel dan segelas susu. Lantas dengan tergesa mengenakan sepatu yang hanya diperhatikan Jaehyun. Masih dengan senyum tipis.

"Jae, aku berangkat dulu, ya!" Ujarnya, sedikit tergesa.

Namun gesitnya Taeyong masih kalah dengan cengkraman tangan Jaehyun yang lebih sigap menariknya. "Kamu tidak lupa sesuatu?"

Tanpa aba-aba, Taeyong langsung mencuri sebuah kecupan dari bibir Jaehyun yang membuat pipinya memerah. "Sudah, 'kan? Aku takut telat."

"Bubu, bukan itu maksudku. Maksudku ini..." Jaehyun berujar sambil menunjukkan kunci mobil yang ada di tangan kirinya. Dia tertawa kecil, masih gemas dengan tingkah Taeyong yang kini terlihat malu. Pipi sama merahnya dengan miliknya tadi.

"Ah, iya. Maaf. Dadah!" Taeyong kembali berpamitan, kali ini lebih terburu-buru dibanding tadi. Jaehyun yakin karena Taeyong malu.

Jaehyun masuk ke rumah masih dengan pipi yang merona. Memang, sekalipun sudah sekian tahun mereka bersama, tetapi rasa cinta itu selalu terasa baru, selalu terasa seperti pertama kali dan selalu terasa seperti kasmaran. Bukan berarti hubungan mereka terus baik-baik saja, tidak, hubungan mereka pernah hampir jatuh.

Tetapi, pada akhir hari, baik Jaehyun maupun Taeyong tidak bisa membayangkan bagaimana jika hidup tanpa yang lain.

Fin.

Rhapsody || JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang