Hinata menggenggam nichirin miliknya dengan erat, matanya menatap awas ke arah iblis yang masih setia dengan senyuman yang terlihat menjijikkan itu.
Gadis itu melirik ke belakang, melihat pemuda berambut kuning itu yang masih ketakutan. Wajar saja, karena dia sudah terkena racun yang bisa membuatnya berubah menjadi laba-laba.
Pemuda itu terus menatap jam yang masih dipegang oleh iblis laba-laba tersebut. Begitu jarum panjangnya mulai bergerak, dia langsung berteriak dengan kencang.
Teriakan itu menarik perhatian laba laba yang menjadi budak iblis itu, membuat pemuda itu kembali berteriak dan lari menjauhi laba laba tersebut. Sedangkan Hinata hanya bisa sweetdrop melihatnya sambil memukul mundur semua laba laba itu.
"Hehehe, mau lari pun-"
"Percuma, kan? Ha'i! Ha'i! Ha'i! Aku sudah tahu itu! Aku sudah tahu!" pekik pemuda itu memotong ucapan iblis laba-laba tersebut. Dia pun memanjat pohon dengan cepat dan duduk di salah satu dahannya dengan gemetar.
"Hahaha! Sedang apa kau itu?"
"Uruse yo! Uruse!"
"Tak perlu setakut itu, loh. Setelah racunnya menyebar dan kau berubah menjadi laba-laba, kecerdasanmu akan menghilang,"
"Tidak! Justru karena hal itu aku tidak mau itu terjadi! Kenapa kau tidak mau mengerti?! Aku tak punya teman dan pacar, tahu! Tak ada yang menyukaiku!" pemuda itu terus menerus memekik takut dan meracau tidak jelas, membuat iblis laba-laba itu berdecih kesal.
"Jadi kau ingin ditambahi racunnya agar bisa berubah menjadi laba-laba dengan cepat, ya?"
"HIII! Tidak mau! Tidak mau! Aku tidak mau menjadi seperti itu!" pekiknya sambil memeluk pohon yang dia panjati itu.
'Cih, pemuda itu. Kenapa dia sangat penakut seperti itu?! Dia bahkan tidak membantuku!' batin Hinata yang kesal karena sikap pemuda itu yang membuatnya harus menghadapi beberapa laba-laba kecil itu seorang diri.
"Tapi... Bahkan aku juga sudah berusaha keras! Tapi aku justru akan menjadi monster di akhir hidupku?! Itu bohong, kan?! Itu terlalu konyol!" pemuda itu tiba tiba kembali memekik, membuat Hinata yang tengah sibuk melawan laba-laba kecil itu pun terkejut mendengarnya.
Beberapa laba-laba kecil memanjati pohon yang diduduki oleh pemuda itu, mungkin teriakannya itu menarik perhatian laba-laba tersebut.
"Tidak! Jangan memanjat! Berikan aku waktu sebentar untuk menyendiri! Sebentar saja tidak apa, kok!" pemuda itu berteriak sambil meremas rambutnya, namun tanpa diduga rambutnya rontok dengan mudahnya dari kepala pemuda itu.
Pemuda itu terkejut melihatnya, dia menatap ke arah iblis itu dengan tatapan takut sebelum dia tiba-tiba tak sadarkan diri dan jatuh dari dahan pohon dengan kepala terlebih dahulu.
'Bahaya!' Hinata yang melihat itu langsung panik seketika. Dia hendak menghampiri pemuda itu, namun laba-laba kecil itu terus menerus menghalangi dan menyerangnya.
"Ittai--" salah satu laba-laba berhasil menggigit kakinya, membuat gadis itu seketika terkejut dan menendang jauh laba-laba tersebut.
Dia kembali menatap ke arah pemuda itu, dan terkejutlah dia begitu melihat pemuda itu menerjang ke arah iblis laba-laba itu dengan cepat. Iblis laba-laba itu menyerangnya dengan semburan racun, namun bisa dihindari olehnya.
Pemuda itu kembali memasang kuda kudanya dan bersiap untuk menyerang, namun iblis itu dengan sigap menyuruh anak buahnya untum menyerang pemuda itu, namun tetap masih bisa dihindari dengan cepat. Dia terus menerus memasang kuda kuda yang sama.
'Dari tadi dia selalu mengulang kuda kuda yang sama' batin iblis itu yang diikuti dengan kekehan kecil. 'tidak salah lagi, dia hanya bisa menggunakan satu jurus!'
Hinata menatap khawatir ke arah pemuda yang kini terbatuk darah itu, dia hanya bisa membantu dengan menyingkirkan semua laba-laba kecil yang menghalangi pemuda itu.
"Pernapasan petir, jurus pertama : Sambaran kilatan petir! Enam kali lipat!"
Tiba-tiba udara di daerah itu bergetar, tanah yang dipijaki oleh pemuda itu juga retak. Iblis laba-laba yang tengah panik itu langsung menyemburkan racunnya kembali, namun pemuda itu menghilang dari pandangan iblis itu.
Hinata menatap takjub jurus pemuda itu, dia bisa melihat dengan jelas seberapa cepat pemuda itu bergerak untuk membuat lawannya bingung. Iblis itu langsung memasuki rumah yang melayang, pemuda itu berpijak pada suatu benang dan melesat ke dalam rumah tersebut dan menebas kepala iblis itu.
Iblis itu terjatuh ke atas tanah dan berubah menjadi abu, sedangkan pemuda itu terjatuh di atas atap rumah melayang itu. Hinata yang melihat itu langsung menyusulnya ke atas atap.
"Bertahanlah!" ucap gadis itu khawatir, dia merogoh tasnya dan mengeluarkan botol dengan cairan berwarna kuning yang sebelumnya diberikan Shinobu. Dia mengambil sebuah suntikan dari tasnya dan memasukkan obat itu ke dalam suntikan tersebut, lalu menyuntikkannya pada lengan pemuda itu.
"Atur pernapasanmu, aku sudah memberikanmu obat untuk mencegah racun itu menyebar. Jadi kau akan baik-baik saja untuk sekarang," ucap Hinata sambil menatap wajah pemuda yang telihat sedang menahan sakit itu.
Tiba-tiba, dia mendengar suatu suara seperti dentuman keras dari arah lain. Dia menatap ke sumber suara dan mendapati banyak benang di tempat itu.
Gadis itu berdiri, dia menatap ke arah pemuda itu sesaat. "Tunggulah disini, bantuan akan segera datang. Aku akan membantu yang lainnya," ucapnya sebelum pergi dari sana, melupakan fakta kalau dia juga terkena racun dari laba-laba tersebut.
"Aku harus cepat!"
================================
To be continued...
Yosh, my favorite scene UwU. Makanya kubuat Zenitsu tetap pada perannya, kalau Hinata bisa saja langsung ngalahin, tapi aku gak mau scene bagus kayak gini dilewatin begitu aja :(
Oh iya, btw visual Hinata sudah kuperbaharui di bagian "Perkenalan", kalau mau silahkan cek lagi ya~
Jangan lupa untuk vote, oke? Karena setiap vote itu membuatku semakin semangat untuk menulis cerita ini :')
Ada kritik dan saran? Ditunggu ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Seasons [Kimetsu no Yaiba Fanfiction]
FanfictionMaruyama Hinata, adalah nama seorang gadis pemburu iblis yang misterius. Dirinya berusaha untuk tidak mencolok, menjadi pemburu iblis biasa pada umumnya. Sampai pada suatu saat, karena sebuah kejadian yang membuatnya mati suri. Terbongkarlah semua...