Chapter 26

4.2K 504 32
                                    

Bunyi kereta yang sudah berjalan menutupi suara langkah kaki dari gadis berusia 12 tahun itu, matanya menatap sekeliling seperti tengah mencari sesuatu.

"Ah, Rengoku-san!" Hinata memanggil pria berambut kuning gradasi merah itu begitu melihatnya sedang makan makanannya, pria bernama Rengoku Kyoujurou itu pun langsung menatap ke arah sumber suara.

"Hinata-chan? Kenapa kau berada disini?" Tanya Kyoujurou dengan senyuman lebar khasnya, Hinata berjalan menghampiri sang pilar api itu dan duduk di depannya.

"Hanya ikut saja, lagipula aku belum mendapatkan misi baru" jawab gadis itu dengan senyuman kecil. "Kau sedang melakukan misi di kereta ini, kan?"

"Ya, itu benar. Banyak orang yang menghilang di kereta ini, karena itulah aku datang sebagai seorang pilar!" jawab Kyoujurou dengan semangat, Hinata membalasnya dengan kekehan kecil.

"Memang tidak ada yang bisa mengalahkan semangatmu itu," Hinata bergumam pelan melihat Kyoujurou yang selalu semangat setiap saat.

Kyoujurou kembali memakan makanannya yang entah sudah berapa porsi itu, "Enak! Enak! Enak!" Itulah yang dia ucapkan selama memakan makanannya sampai ada tiga orang pemuda yang datang menghampiri.

*•*

"Hm, jadi begitu! Tapi, aku tidak tahu! Ini adalah pertama kalinya aku mendengar 'Tarian Dewa Api'! Aku akan sangat senang jika bisa melihatmu menggunakan tarian itu dalam pertempuran! Tapi, mari sudahi cerita ini!"

"Huh?! Bisakah aku mendapat sedikit informasi lagi?!"

"Jadilah tsuguko-ku! Akan kulatih kau!"

Begitulah, Tanjirou dan Kyoujurou sedang membicarakan tentang 'Tarian Dewa Api', tarian yang dia gunakan saat melawam Rui di gunung Natagumo sebelumnya.

"Sejarah napas api panjang sekali, ahli pedang yang bisa menggunakan pernapasan api dan air selalu menjadi pilar di setiap zaman tanpa kecuali! Napas dasar terdiri dari api, air, angin, batu dan petir. Dan napas selain ini adalah percabangannya! Misalnya kabut yang merupakan percabangan angin" Kyoujurou menjelaskan tentang sejarah teknik pernapasan.

Hinata yang berada di depan mereka tidak begitu menyimak apa yang sedang mereka bicarakan, pikirannya seakan akan sedang berada di tempat lain.

'Iblisnya akan berada disini, tapi bukan hanya satu iblis...'

"... ata,"

'Apa yang harus kulakukan, apakah aku bisa membantu di misi ini?'

"... nata,"

'Aku tidak mau melihat ada seorang pun yang mati disini persis seperti mimpiku...'

"Hinata,"

"Ah, iya?" Hinata langsung tersadar dari lamunannya begitu Tanjirou memanggilnya.

"Daijoubu? Sejak kemarin kau tidak terlihat begitu sehat," Tanya pemuda itu yang khawatir dengan kondisi teman lamanya itu.

"Ha'i, daijoubu desu," Hinata mengangguk sambil tersenyum kecil menanggapinya.

"Begitukah? Kalau kau merasa kurang sehat, kau bisa ceritakan padaku," Tanjirou membalas sambil mengelus kepala Hinata lembut yang dibalas dengan senyuman kecil gadis itu.

"SUGOI! SUGOI! BENDA INI BERGERAK CEPAT SEKALI!” di seberang mereka tampak Inosuke yang berteriak sambil mengeluarkan kepalanya dari jendela kereta. "Aku akan keluar dan balapan dengan benda ini!"

"Itu berbahaya, bodoh! Bodoh itu ada batasannya, tahu!" Zenitsu langsung menahan Inosuke agar tidak melakukan tindakan bodoh yang bisa merepotkan mereka.

Seasons [Kimetsu no Yaiba Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang