20. Gerimis dan Panah; selamat, kamu memang hebat

951 144 20
                                    

Di bawah langit dan deretan awan
Aku menatapmu tanpa kedipan
Mendengar sebaris kata yang kau ucapkan,
Jantungku rasanya berhenti melakukan tugasnya
Kalimatmu kala itu berhasil membuatku percaya, tapi melemparku ke dasar setelah tahu kebenarannya;

"Arjuna, mari kita selesai sebentar. Kita butuh waktu"

 Kita butuh waktu"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*******

Arjuna berdiri termangu di depan gedung Teknik, niatnya ia ingin menunggu Keanu, meminta maaf dan menjelaskan apa yang telah ia katakan beberapa hari yang lalu. Sekurangajarnya Keanu padanya, pemuda itu tetaplah temannya. Tak mungkin hubungan pertemanan delapan tahun mereka harus rusak karena masalah ini.

Matanya tidak berhenti mengedarkan pandangan menelanjangi pintu masuk jurusan Teknik mesin, menanti - nanti kapan pemuda pemilik senyum mata itu keluar dari kelasnya. Hampir setengah jam, lelaki itu masih menatap pintu masuk hingga seseorang menepuk kecil pundaknya.

"Arjuna?"

Tubuhnya menegang saat suara tak asing itu terdengar. Ia menolehkan kepalanya, dan ternyata Yerina berdiri dibelakangnya—tak lupa dengan senyum menggemaskan yang sudah lama tak ia tujukan untuk Arjuna. Arjuna mengulas senyum, berusaha bersikap biasa saja walaupun hatinya sudah merasa kesal.

Setelah pergi begitu saja, bagaimana bisa ia bersikap seakan semua baik - baik saja?

"Ngapain? Kok sendirian?" Tanya gadis itu akrab.

"Nungguin Keanu"

"Keanu mah masih lama kelasnya, daripada capek berdiri mending duduk di sana," sarannya sambil menunjuk bangku yang tak jauh dari mereka. Arjuna hanya mengangguk dan mengekor kemana gadis itu pergi.

"Udah lama, ya kita nggak ngobrol bareng. Kamu apa kabar?"

Arjuna terdiam, lidahnya terasa kelu ketika melihat Yerina duduk dan menanyakan kabarnya. Kepalanya sangat ingin menjawab bahwa ia baik - baik saja, tapi kenapa ada suara yang terus mendesaknya untuk mengakui bahwa selama ini ia tak baik - baik saja? Berusaha mengabaikan suara itu, dia memilih untuk mengangguk.

"Baik, kamu?"

"Baik juga. Cuma akhir - akhir ini capek sama tugas"

Setelah itu mereka sama - sama terdiam. Rasanya begitu canggung bagi mereka yang sudah lama tak saling bertukar sapa. Yerina pernah menjadi orang terpenting di hidup Juna, orang yang menjadi tumpuan hidup pemuda itu, orang yang diberi cinta begitu penuh oleh Juna, tapi tak mampu membalas sama besarnya. Juna baru mengerti bahwa ditinggal dengan alasan sama sakitnya dengan ditinggalkan begitu saja. Ia tahu itu setelah Yerina pergi dengan alasan yang sehalus mungkin.

AnagapesisWhere stories live. Discover now