1

126 40 14
                                    

"Saya tidak sembarangan menerima pegawai, apalagi untuk jabatan sekretaris. Anda harus memiliki potensi dalam hal ini." Bram bermimik datar.

"Saya memang tidak memiliki pengalaman bekerja sebagai sekretaris sebelumnya, tapi saya memiliki banyak pengalaman berorganisasi sebagai skeretaris. Saya sudah terbiasa terhadap tekanan, saya pun seorang pekerja keras dan saya bisa konsisten terhadap pekerjaan saya."

"Apakah ... anda telah menikah?"

"Saya baru saja bercerai."

"Oh! maaf, tidak ada maksud hati untuk menyinggung."

"Tidak apa, Pak. Saya wanita kuat, hal seperti itu biasa terjadi."

"Apakah ... anda memiliki anak?"

"Ya, saya memiliki seorang Putera berusia enam tahun."

"Oh! seperti itu ...." Bram berpikir sejenak.

Mereka menghening untuk beberapa saat, Erna tidak berani menatap wajah Tuan Bram. Sedangkan Bram dalam diammnya terus mempertimbangkan keputusan untuk menerima Erna atau tidak. Satu sisi ia tidak mau mengambil resiko dengan menerima orang yang tidak berpengalaman, di sisi lain ia merasa iba terhadap Janda muda itu. Ia lalu menemukan ide.

"Baiklah ... bagaimana kalau anda menjalani tes selama dua bulan, apabila saya merasa kinerjamu bagus, maka kita bisa melakukan kontrak pekerjaan. Akan tetapi, apabila saya merasa anda kurang efektif, maka kamu harus menerima kebijakan saya. Bisa jadi saya mempekerjakan anda di bidang lain atau memberhentikan anda."

"Baik, Pak. Saya bersedia," sahut Erna.

***

Nia menuntun Puteri kecilnya yang tengah belajar untuk berjalan. Sesekali ia melepas tangannya, kemudian kembali menangkap tubuh mungil Ara agar tidak terjatuh.

"Ma ... Mama ... Mama." Ara menyebut panggilan Ibunya sembari melangkah perlahan.

"Iya, Nak. Ayo, Sayang!" sahut Nia penuh kelembutan.

"Non Ara cepat tanggap, ya?" decak Bi Ina, sang asisten rumah tangga.

"Hehe! Iya, Bi." Nia meliriknya sekilas, "Anak siapa dulu, coba? Heh?" sambungnya menggelitik hidung Ara.

"Ma---Ma." Ara berdecak membuat Nia tersenyum bahagia.

"Sayang ... nanti Mama kerja, Ara di rumah sama Bi Ina, ya?"

Sejenak, balita itu menolak. Namun, selang beberapa saat Nia mengalihkan perhatiannya untuk bermain bersama. Masa cuty melahirkan Nia memang akan segera berakhir. Dia sudah harus kembali bekerja bulan depan. Walaupun sebenarnya dia ingin mengurus rumah saja, tapi tetap dia harus menyelesaikan kontrak di tempat kerjanya terebih dahulu.

"Berapa lama Nyonya mau kerja?" tanya Bi Ina membereskan mainan Ara.

"Sampai Ara berusia lima tahun, mungkin. Entahlah, sampai kontrakku selesai ... kurang lebih 4 tahun lagi." Nia mendorong ayunan Ara yang sudah terlelap dari tadi.

"Maaf Nyonya, kalau saya lancang, saya teh cuma mau memberi saran ... kalau kontrak kerjanyanya selesai, Nyonya lebih baik mengurus Non Ara, biar enggak kekurangan kasih sayang. Takutnya nanti Tuan sibuk, Nyonya juga sibuk, Non Ara jadi kesepian, kasihan."

Nia tersenyum mendengar penuturan Bi Ina, ia lalu mengangguk sembari berkata, "Memang aku maunya begitu, Bi."

Cinta & TahtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang