Bab 18 | Berkunjung (2)

16K 1.5K 10
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Bab 18



~Kalam Cinta Si Berandalan~

***

Setelah menunaikan sholat zhuhur berjamaah, Davian dan Afsheen segera menuju pondok pesantren Nurul Islam yang memerlukan waktu perjalanan sekitar dua jam dari rumah Mama Davian. Mereka hanya berangkat berdua dengan supir pribadi keluarga Sagara. Semenjak berangkat, Afsheen tidak berhenti tersenyum dan mengoceh bahwa dia sangat merindukan suasana pondok serta masakan ciri khas pondok. Tidak lupa, gadis berwajah imut itu menceritakan hal-hal konyol yang pernah dia lakukan bersama Keisya ketika di pondok, sedangkan Davian hanya mendengarkan cerita istrinya tak kalah semangat.

Selanjutnya, Davian menanyakan tentang Zaid. Entah kenapa dia merasa sedikit khawatir dan waspada dengan kakak senior Afsheen yang satu itu, mengingat Zaid adalah seorang yang sholeh, alim dan ahli agama tentu saja jauh berbeda dengan Davian sendiri. Melihat ekspresi Afsheen yang sedikit berubah membuat bungsu Sagara tersebut semakin penasaran. Apa istrinya itu masih mencintai Zaid?

"Kenapa Kakak nanya gitu? Kakak cemburu?"

Mendengar pertanyaan Afsheen, Davian membulatkan matanya penuh. Benarkah dia cemburu?

"Cemburu? Gak lah! Gue cuman nanya aja," elak Davian santai.

"Ooo kirain. Afsheen lupa kalau Kak Davian kan gak suka sama Afsheen, hehe," balas Afsheen pelan. Senyumnya terlihat dipaksakan di wajahnya yang terlihat menyendu.

Davian yang mendengar suara lirih Afsheen hanya bisa mendekat kepada istrinya itu dan merangkulnya mesra. Jika saja Davian bisa mengatur pada siapa dia jatuh cinta maka dia ingin hatinya mencintai Afsheen. Cukup lama Davian merangkul putri Kyai Ahmad tersebut dan ternyata gadis itu sudah tertidur pulas. Davian tersenyum sejenak dan mengelus lembut kepala Afsheen yang tertutup hijab syar'i bewarna hitam.

🌸🌸🌸

"Aaaaaaaaa Afsheen!!! Aku rindu!" teriak Keisya keras.

Afsheen  menyambutnya dengan senyuman manis seperti biasa sebelum memeluk erat sahabatnya itu, baru saja dia dan Davian keluar dari mobil Keisya sudah menunggu dengan semangat dan antusias begitu juga dengan beberapa santri yang tak sengaja melihatnya datang. Setelah melepaskan pelukannya, Keisya menyapa Davian malu-malu sebelum akhirnya mengajak mereka berdua bertemu Abi Ahmad dan juga Umi Fatimah. Di perjalanan menuju rumah Abi, Keisya menceritakan banyak hal tentang suasana pondok setelah Afsheen pergi bahkan gadis berwajah ayu itu yang menggantikan posisi Afsheen sebagai kakak tingkat tempat santri berkeluh kesah.

Davian yang mengikuti dua gadis mungil didepannya ini hanya menampilkan wajah datar, beberapa santriwati yang melewatinya juga sesekali melirik Davian, tapi tidak ada yang berani menyapa karena mereka juga tau kalau laki-laki beraura dingin itu adalah suami Afsheen yang sekaligus menjadi menantu sang pemilik pondok. Davian menghentikan langkah ketika Afsheen dan Keisya juga berhenti, selanjutnya dia bisa melihat Abi Ahmad dan juga Umi Fatimah yang keluar menyambut putri kecilnya dengan senang.

"Assalamualaikum Abi, Umi," sapa Afsheen dan mencium tangan Abi dan Uminya bergantian.

Setelah Afsheen bersalaman dengan kedua orang tuanya, Davian juga ikut bersalaman dengan sopan. Ada hal yang nampak berbeda dari Abi Ahmad, sosok ayah dari istrinya itu tampak lebih lemah dari terakhir kali mereka bertemu. Tidak mau menunggu lama, Davian dan Afsheen juga diajak masuk ke dalam rumah dan disambut hangat. Sedangkan, Keisya izin untuk kembali ke asrama.

Kalam Cinta Si Berandalan✓[COMPLETED]Where stories live. Discover now