Bab 37 | Kita Bertemu lagi?

15.1K 1.3K 70
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.


***

Aku ingin sendiri. Menikmati rasa sakit ini dengan sepi. Menikmati luka yang mulai melebar hingga ulu hati. Perih sekali, nyeri. Rasanya aku ingin menangis kencang dan berteriak dimana keadilan saat ini?

~Kalam Cinta Si Berandalan~

***

Seorang gadis yang baru saja tiba di kota Semarang itu masih belum bisa merubah raut wajah sedihnya. Dia tidak membawa apa pun ke kota ini kecuali tas yang berisikan mukenah, Al-Qur'an, ponsel dan juga dompet. Bahkan baju pun tidak dia bawa karena memang masih berada di rumah sang suami. Entah apa yang dipikirkannya kemaren sehingga kota Semarang menjadi pilihannya untuk menenangkan diri, tapi yang dia tau di kota ini dia tidak memiliki kenalan sama sekali.

Kota Semarang adalah ibu kota dari Jawa tengah. Kota Semarang juga merupakan kota metropolitan terbesar kelima setelah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Jaraknya dari Jakarta 558 Km. Namun, Afsheen begitu ingin mengunjungi kota yang terkenal dengan wisata lawung Sewunya tersebut. Gadis itu kemudian memesan taksi online setelah keluar dari bandara, kemudian menuju hotel yang telah dia booking sebelum sampai di Semarang. Di dalam taksi sang gadis membuka ponselnya dan banyak pesan dari Davian yang hanya dia baca tanpa balas. Suaminya itu mengkhawatirkannya. Katanya.

Setelah sampai di hotel, Afsheen merebahkan diri sejenak sebelum nanti malam berniat untuk jalan-jalan sebentar. Tangannya kembali mengambil ponsel, tapi bukan untuk menghubungi seseorang melainkan untuk mematikannya sehingga tidak ada yang menganggu untuk seminggu ke depan. Setelah mematikan ponselnya, gadis berhijab lebar tersebut menyimpan kembali ponselnya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus berwudhu untuk menunaikan sholat Maghrib.

Ya Allah. Semoga untuk seminggu ke depan Afsheen bisa mantapin hati Afsheen atas apa pun keputusan Kak Davian nantinya. Bimbinglah hambamu ini ya Allah. Afsheen berdoa setelah melaksanakan sholat Maghrib. Setelahnya gadis itu membaca beberapa lembar mushaf Alquran dan pada pukul 19:00 memilih untuk keluar hotel mencari udara segar sekitaran tempatnya menginap. Banyak jajanan di pinggir jalan yang dilaluinya tanpa singgah, entah kenapa dia tidak ingin makan apa pun sekarang. Malam ini Afsheen juga memesan ojek online yang pengemudinya perempuan, Afsheen ingin merasakan langsung angin malam di kota Semarang meniup sisi wajahnya.

"Mbak, sebenarnya mbak ini mau kemana? Dari tadi muter-muter terus." Si pengemudi bertanya ramah. Gadis yang tampaknya juga seumuran Afsheen itu heran kemana si penumpang akan dia antar.

"Gak tay, Mbak. Lagi pengen naik motor aja," jawab Afsheen datar.

"Mbak lagi ada masalah ya? Mending Mbak coba makanan di sini, enak-enak kok Mbak meskipun di pinggir jalan." Si pengemudi memberi saran.

Afsheen menimang sebentar. Sebenarnya bukan saran yang buruk juga jika harus mencicipi makanan di pinggir jalan itu yang memang nampak menggiurkan, tetapi selera makan Afsheen benar-benar membuatnya tidak ingin memasukkan apa pun ke dalam mulut.

"Anterin saya ke apotik aja, Mbak," pinta Afsheen pada akhirnya.

"Eh mbaknya sakit?" Terdengar sahutan kaget yang begitu jelas.

"Enggak, cuman mau beli vitamin aja," balas Afsheen menjelaskan. Si pengemudi ber'oh' ria.

Selanjutnya tanpa suara motor matic itu melaju menembus padatnya kendaraan di malam kota Semarang. Tidak lama, motor  sudah berhenti di salah satu apotik. Setelah sampai Afsheen meminta tukang ojeknya untuk langsung pergi saja karena setelah ini gadis yang telah bersuami itu ingin jalan-jalan sendiri. Jalan kaki lebih tepatnya. Dia tadi juga melihat ada penjual lumpia yang membuatnya ingin mencicipi makanan yang terkenal di Semarang itu. Setelah mendapatkan vitaminnya, Afsheen melangkahkan kaki menyusuri kota ini sendirian dan berhenti tepat di penjual lumpia.

Kalam Cinta Si Berandalan✓[COMPLETED]Where stories live. Discover now