T i g a

89 15 13
                                    

Note: Dimohon untuk komen dan votenya supaya cerita ini berkembang, terimakasih.

Lagi-lagi Lintang bingung menentukan awalan yang pas pada ceritanya. Hapus-tulis, hapus-tulis, hanya itu saja kegiatannya.

Ia ingin berputus asa tapi mana mungkin. Ia sudah pasrah dengan hidupnya, tidak mungkin ia pasrah juga dengan kemampuannya.

"Ngerjain apa sih yang?"

Suara itu mengalihkannya. Lintang menoleh dan mendapati Yeonjun, lelaki berdarah Korea Selatan duduk di sebelahnya. Ia mengulik apa yang dikerjakan Lintang sejak tiga puluh menit lalu.

"Kamu dateng-dateng ngagetin. Biasalah," jawab Lintang. Yeonjun mengernyit lalu mendengus dan menyesap ice americano.

"Ngapain ke sini? Gaada kuliah?" tanya Lintang.

Yeonjun hanya mengangguk. Jujur saja ia sebal diduakan-dengan laptop.

"Kamu nulis buat apa sih? Kan ada aku, kamu mau apa bisa minta aja sama aku gausah sungkan."

Lintang mengembuskan napas pelan. Ia sebenarnya lelah dengan perkataan Yeonjun yang satu itu dan juga mulutnya sudah berbuih menjelaskan semuanya. Namun, sang pacar seperti tidak menggubris setiap penjelasannya.

"Ini kan hobi aku jun, kalo semisal dapet untung nanti, ya bonusnya aja," jawab Lintang.

"Aku ga suka kamu nulis sebenernya."

Tentu saja, ia sudah sering mendengar kalimat ini dari bapak Yeonjun tercinta.

Biasanya mereka akan berdebat dan berakhir dengan makan es krim bersama di kedai depan kampus. Atau Lintang mengacuhkannya selama seminggu.

Tapi hari ini dia mengalah saja.

"Yaudah, aku capek. Pulang dulu ya," ucap Lintang. Ia mematikan laptopnya dan cepat-cepat pergi dari sana.

Yeonjun setengah terkejut. Ia tak menyangka reaksi Lintang yang tiba-tiba. Ia kesusahan menghabiskan minumannya dan menyusul Lintang yang sudah di parkiran.

"Lintang! Aku anter ya!"

"Gausah aku pulang sendiri aja."

"Enggak jangan gitu. Aku anter ya?"

Lintang hanya pasrah dan berakhir dengan mereka berdua di dalam mobil.
Keduanya saling membisu sepanjang jalan.

***

Lintang dan Yeonjun. Dua orang yang tak bisa dipisahkan sejak mereka baru memasuki bangku perkuliahan. Berawal dari tanya-tanya barang untuk ospek, berujung pada suatu hubungan seperti sekarang.

Lintang sadar betul Yeonjun adalah sosok pacar yang sangat sempurna menurutnya.

Ia tampan, kaya dan penyayang. Siapapun bahkan teman Lintang sangat mengagumi pacarnya ini.

Tapi jujur Lintang biasa saja. Bahkan saat ia ditembak, Lintang seperti tak merasakan gejolak apapun diperutnya. Atau dentuman hebat pada jantungnya.

Dengan datar Lintang terima ajakan Yeonjun untuk berpacaran.

Namun semakin berjalannya waktu Lintang menikmati juga fase pacaran ini. Ia merasa nyaman disayangi dan dicintai.

Namun ia belum bisa menerima semuanya dengan ringan. Dengan kebiasaan Yeonjun yang selalu menghalangi hobinya membuat hati kecil Lintang menjerit.

"Lin, maafin aku ya."

Sebenarnya Lintang bosan mendengar ini.

"Iya."

"Kamu ga ikhlas gitu. Aku harus apa biar kamu ga marah sama aku?" tanya Yeonjun. Wajahnya terlihat memelas.

Lintang diam sebentar memandang jalanan. Lalu ia menoleh dan menatap Yeonjun dengan tajam.

"Aku mau kamu jangan menghalangi hobiku, bisa?"

Yeonjun terdiam sejenak. Wajahnya terlihat berat dan resah. Lintang tersenyum sinis.

Senyum sinis pertama yang ia tujukan pada Yeonjun.

"Ga bisa kan? Apa kita udahan aja?"

Yeonjun terbelalak. Ia sama sekali tak memperkirakan reaksi Lintang yang seperti ini. Biasanya ia hanya marah dan diam.

"Lin jangan gitu please, Iya aku salah kita omongin bener-bener ya?" bujuk Yeonjun.

Lintang mengembuskan napas lelah. Di satu sisi ia ingin minggat, di sisi lain ia kasihan dengan tatapan itu.

"Aku masuk ya. Jangan hubungin aku dulu, aku capek banget. Kamu hati-hati di jalan." Setelah mengatakan itu Lintang keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.

Tatapan lelaki berambut cokelat itu terlihat sendu. Setelah membenturkan kepalanya ke stir, ia memutuskan untuk pergi.

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TBC

jujur, menurut kalian ini kaku banget apa biasa aja?

Aku tuh mau puitis tapi sepertinya susah buat kalimat yang puitis" :v

Like a Poem •Hueningkai•(Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang