9. FIRST TIME

5.6K 313 4
                                    

____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

____

"Jangan geer." ketus Araga.

Jelas sekali kalau pria itu sebenarnya ketakutan, ia memilih untuk memeluk Zetta karena merasakan hal yang sama, yaitu takut.

"Lo takut kan sebenernya?" ledek Alzetta sembari menunjuk-nunjuk muka Araga yang sedang menyembunyikan pandang.

Tak ada balasan, ia melihat sekitar, sangat berantakan.

Zetta menggeleng gelengkan kepalanya, begitu besar pengaruh gempa ternyata.

"Murid-murid harap tenang." toa sekolah terdengar, suara lembut bu Dera itu membawa pengaruh baik.

Semua keluar dari tempat amannya dan berlarian menuju tengah lapangan sesuai intruksi dari sekolah.

"Kalau sedang gempa, jangan cari kesempatan buat pelukan juga kali." sindir kepala sekolah. Zetta dan Araga curi-curi pandang, Zetta menyembunyikan wajahnya yang memerah, sedangkan Araga masih tidak mengubah kelabunya yang dingin dan mati rasa. Sorak sorai suara-suara sumbang mulai terdengar ,ada yang suka dan juga sebaliknya.

Intruksi sekolah mengenai gempa serta penaganan dalam mengatasi kepanikan berlebih telah tersampaikan. Murid-murid berbondong-bondong merapihkan keadaan sekolah seperti semula.

"Rey." panggil Zetta dengan letih.

Reynand mengabaikan tak peduli.

"Rey, kenapa si lo?" Zetta mengguncang guncang bahu Reynand, membujuknya agar kembali normal seperti biasa.

"Hm?"

"Dihhh, kenapa sih?" Zetta tak paham. Reynand tak mungkin bersikap seperti ini hanya karena gempa, pasti ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan.

"Diem, Je. Gua mau angkat pohonnya." siswa laki-laki terlihat sedang bekerjasama mengangkat pohon yang tumbang. Zetta menyadari keadaan yang sedang ribet, ia memilih diam dan mengatur beberapa barang ringan yang berjatuhan.

Tangan lentiknya mengkondisikan tong sampah beserta sampahnya yang juga berjatuhan.

Orang rusuh datang, menginjak sampah botol tepat di hadapan wajah Zetta yang nyaris memunggutnya "Biar apa meluk meluk Araga?" suaranya tak asing, Zetta berdiri.

"Ran, gue gak ngerti ya lo itu kenapa dan apa salah gue. Gue gak pernah ganggu lo, Deranti ,tolong berenti!" Zetta kehilangan kendali, dari kemarin ia memilih bungkam menahan emosinya. Diamnya dalam menahan emosi juga memiliki batas, jika diamnya selalu dianggap remeh maka, mengambil tindakan adalah yang paling tepat.

Sherlyn datang, ia selalu dapat di andalkan, tak salah memilih Sherlyn dalam bergaul "eh jamet, jijik banget tau gak sih liat gaya lo. Fake semua, lo kira gue gatau, kalau lo itu..."

Prak...
Deranti menampar Sherlyn.

"Bego!!" Zetta mendorong Deranti tak tanggung tanggung.

Suasana menjadi gaduh, seketika atsmofernya memberat karena kehadiran seorang Deranti.

ZERAGA (TERBIT)Where stories live. Discover now