36. REYNAND DAN SHERLYN

4.2K 263 0
                                    

Beberapa hari setelah pertengkaran antara Araga dan ayahnya, kini Araga membeli sebuah rumah, dan tak lupa mengajak kekasihnya untuk tinggal bersamanya. Alasan yang cukup logis membawa pikirannya untuk memisahkan kehidupan dari sang ayah, ia tidak mau di jodohkan.


Alzetta nampak gelisah berulang kali menelfon seseorang.

"Kenapa Araga gak angkat ya?" batin Zetta. Ia berulang kali menelfonnya ,hasilnya nihil ,Araga tak mengangkatnya.

Tok..tok..tok

Zetta seketika merinding karena ada yang mengetuk pintu dari luar. Araga sedang tidak ada disana, ia sendirian di dalam rumah. Pembantu yang dapat di percaya belum dapat ditemukan oleh mereka ,jadi sementara ini ,mereka tinggal berdua secara terpaksa.

Zetta dengan perlahan menggerakan kursi rodanya dan membuka pintu.

Seorang pria yang misterius dengan balutan masker yang menutupi wajahnya membuat Zetta tak dapat memprediksi apa yang akan terjadi kedepannya dan siapa orang tersebut.

"Si...siapa ya?" dengan terbata-bata ,Zetta bertanya.

"Saya mau peringatkan kamu. Dalam waktu dekat, rumah ini akan terjadi kebakaran." ungkap pria tersebut. Ia langsung pergi begitu saja tanpa kejelasan.

Zetta menoleh kanan kiri berusaha mendapati diri Araga. Entah itu orang iseng atau apa ,tapi ia sangat ketakutan sekarang.

Zetta akhirnya masuk kembali ke dalam dan menyiapkan semua barang barang penting ke dalam tas besar. Ia akan bersiap-siap pergi menjauh dari rumah tersebut sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dan menimpanya.

***

"Ga, nilai kamu ini tuntutan besar kamu agar bisa lulus nanti, lho. Sejauh ini kamu sama sekali gak ada perkembangan. Inget, kamu udah kelas 12," ucap pak Adit.

Dari tahun ke tahun beliau sangat memperhatikan setiap pergerakan Araga. Sebetulnya guru itu menyanyangi Araga, ia sangat memberikan perlakuan khusus pada Araga. Tapi Araga selalu saja menunjukan sikap benci kepada pak Adit.

"Saya coba perbaiki nanti," terang Araga.

Kalau diperhatikan, Araga mengalami banyak perubahan drastis. Ia mulai mengurangi mabuk-mabukkan, ia juga mulai mengurangi kegiatan tawuran yang dulu setiap hari rutin dilakukan, sekarang sudah jarang karena dirinya disibukkan oleh pekerjaannya. Walaupun belum ada minat belajar, tetapi Araga sudah mulai menghilangkan kebiasaan buruknya. Dan tak lupa, semua itu berkat Zetta.

"Gimana kabar Zetta?" tanya pak Adit tiba-tiba. Sebetulnya, pak Adit tahu semua tentang Zetta dan Araga termasuk hubungan keduanya, beliau hanya pura-pura tak tahu.

"Baik pak."

"Gimana kabar ayahnya Zetta di rumah sakit?"

"Udah mulai membaik. Saya akan segera beritahu Zetta saat beliau sudah membaik. Biar bagaimanapun, Zetta berhak tahu," ungkap Araga.

"Ya, sebaiknya memang seperti itu. Zetta sama sekali tidak curiga mengenai semua pembayaran sekolahnya yang lancar?"

Awalnya Zetta memang curiga, bahkan marah dihadapan pak Adit karena dirinya diperlakukan berbeda dari anak-anak lain mengenai bayaran sekolah. Orang lain akan disuruh membayar, sementara Zetta tidak, wanita itu tidak suka dibedakan apalagi dikasihani. Selagi dirinya mampu, dia akan membayarnya. Namun seiring berjalannya waktu, Zetta mulai terbiasa dan beranggapan itu bukanlah hal yang serius.

Alasan mengapa bayaran sekolah Zetta selalu saja lunas semua berkat ayah kandungnya, ia yang memenuhi segala kebutuhan Zetta tanpa sepengetahuannya.

ZERAGA (TERBIT)Where stories live. Discover now