Intermeso 3 | Cuma Teman, Kok

3.1K 241 23
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Eccedentesiast

Intermeso 3 | Cuma Teman, Kok

•••

Raya

Za, hari ini boleh nebeng, nggak? Kita 'kan sama-sama dinas siang. Hehe.

Iya.

Kalau udah jalan, bilang, ya!

"Iya," gumam Arza pelan, meski tahu Raya tidak akan bisa mendengarnya. Ia melempar ponselnya secara serampangan ke atas kasur, kemudian kembali mengenakan baju putihnya. Ia memperhatikan dirinya sendiri di cermin, lalu tersenyum tipis. Tanpa memasang kancing baju, Arza menyugar surainya ke belakang.

Hari ini adalah hari kedua Arza berdinas di salah satu rumah sakit yang menjadi pusat rujukan di Jakarta. Sialnya, Arza dapat dinas siang selama dua hari ini sebelum keesokannya berdinas pagi. Jumping, menyebalkan.

"Aduh, Kakak lama banget dandannya." Aksa yang entah sejak kapan sudah berada di belakangnya, menceletuk. "Yang mau narik perhatian keluarga pasien mah, beda. Siapa tahu dapat jodoh gitu, ya, Kak?"

Arza mendengkus pelan. Ia sudahi aktivitasnya mengacak rambut dan kembali memasang kancing seragam putihnya. Sesekali Arza menatap Aksa lewat pantulan cermin. Sang adik sedang tersenyum menggoda, benar-benar membuat Arza kesal sendiri.

"Lo nggak istirahat lagi?" tanya Arza, yang bermaksud untuk mengusir Aksa.

"Aduh, capek istirahat terus, Kak. Sekali-kali ke sini, emang nggak boleh?" Aksa menidurkan tubuhnya ke atas kasur dan berguling. "Kak, lo pakai baju putih, celana putih, kaos kaki putih, sepatu putih, yakin mau naik motor?"

"Emang kenapa? Gue lagi malas naik mobil. Macet banget pasti."

Arza berbalik dan meraih jaket yang berada di atas tempat tidur. Setelah itu, ia mengambil tas yang sudah berisi modul dan semua perlengkapannya. Masih pukul dua belas siang, dan Arza sudah siap.

"Lo pulang jam berapa?"

"Jam delapan gue baru ganti shift. Paling jam setengah sembilan gue keluar ruangan, kalau nggak ada kerjaan lagi. Jam sepuluh lah, gue sampai rumah."

Aksa mengerucutkan bibirnya. "Lama banget!" keluh Aksa. Ia meraih tangan Arza dan menggoyang-goyangkannya. "Pulang lebih cepat, dong! Izin gitu. Gue baru mau minta temenin nanti malam."

Arza berdecih dan menepis tangan Aksa. "Mana bisa begitu," balasnya. Ia menggunakan jaket biru yang sudah ada di genggaman, dilanjut dengan tasnya. Dengan cepat, Arza mengambil sebuah name tag yang ada di atas meja belajar.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now