Part 1

43.2K 2.7K 19
                                    

Happy Reading^^


Tangan lelaki itu mengepal. Urat-urat kecil mulai bermunculan, menandakan si empunya sedang menahan emosi yang membara.

Tatapan tajamnya terarah pada pusaran di depannya. Lelaki itu menaruh bunga di atas gundukan tanah itu. Tangannya terulur meremas tanah itu membentuk sebuah gumpalan.

"Mom, aku akan membalas orang yang telah membunuhmu," desis Lucas. Matanya memerah, air matanya terjatuh. Namun, dengan cepat lelaki itu menghapusnya kasar.

Awan mulai berubah menghitam. Mendung, mungkin beberapa saat lagi hujan itu akan turun. Namun, Lucas masih diam bergeming.

Tetes demi tetes mulai membasahi sekujur tubuh Lucas. Lelaki itu menengadah, memejamkan matanya membiarkan air hujan itu menerpa wajahnya. Tepat sekali, hujan akan menjadi saksi terakhir Lucas menangisi ibunya yang kini sudah tenang di sana.

Lucas membuka matanya ketika ia tak merasakan air hujan yang menerpa wajahnya lagi. Sean—asistennya memandang dirinya penuh khawatir. Lelaki itu memayungi bosnya.

"Berhenti untuk memasang wajah seperti itu, Sean," ujar Lucas. Lelaki itu memandang datar ke arah Sean.

Ia sangat benci ditatap seperti itu. Seolah-olah dia adalah orang yang harus dikasihani!

"Maafkan saya, Tuan." Lucas hanya diam. Lelaki itu mengelus nisan bertuliskan nama ibunya. Ia menghela napasnya sebelum berkata, "Mom, Lucas pergi dulu, semoga Mom tenang di sana. Sebentar lagi, aku akan membunuh orang yang membunuhmu dengan tanganku sendiri," tekadnya. Sebelum lelaki itu mulai beranjak meninggalkan makam ibunya.

****

Mobil Lucas memasuki perkarangan rumahnya. Lelaki itu mulai membuka pintu, dengan Sean yang sigap memasang payung agar hujan tak membasahi tubuh bosnya.

Kening Lucas berkerut ketika mendengar suara teriakan dari seseorang. Lelaki itu mulai melangkah memasuki rumahnya. Para pelayan mulai menunduk memberi hormat pada tuan muda mereka.

"Saya hamil anak, Bapak." Langkah Lucas terhenti. Lelaki itu diam bergeming, tubuhnya menegang kala mendengar suara tak asing di telinganya.

"Rose." Satu kata terucap dari mulut Lucas membuat kedua orang yang tengah bertengkar itu melirik ke arah sumber suara.

"Lucas," lirih Rose.

Lucas berjalan, tatapannya tak pernah berpaling pada sosok gadis yang kini tengah terisak sambil memegang sebuah benda kecil di genggaman tangannya. Begitulah ayahnya yang terlihat menahan rasa frustasinya.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Lucas. Tepat, saat lelaki itu sudah berada dekat di antara keduanya.

Lucas masih menunggu ayah dan gadis di sampingnya untuk berbicara, tetapi kedua orang itu terlihat diam membisu tak berniat menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir lelaki itu.

Karena tidak ada jawaban, tatapan Lucas tertuju pada sebuah kotak kecil di genggaman tangan orang yang ia panggil Rose itu. Lelaki itu bisa merasakan gadis di sampingnya terkesiap saat tangannya mengambil kotak itu dari tangan gadis itu.

Perlahan, Lucas membuka kotak kecil itu. Tatapannya berubah menjadi datar ketika melihat isi dari benda kecil itu.

Dua gadis merah yang berarti positif hamil.

Lucas menutup kotak itu. Tatapannya beralih kepada sang ayah yang tengah menunduk merasa bersalah.

"Bener itu anak, Dad?" tanya Lucas. Nada suaranya sedikit meninggi membuat sang ayah terkesiap.

My Mysterious CEO (NEW VERSION) Pindah Ke Dreame Where stories live. Discover now