Fernandez Family Series III

25.5K 1.6K 15
                                    

Jangan lupa mampir ke cerita Fernandez series III, ya><

"Ya, aku seorang pembunuh bayaran," ungkapnya dengan satu tarikan napas. Gadis itu memandang sang kekasih yang menatapnya tak percaya.

"A-aku salah. Harusnya aku tak mencintai korbanku sendiri, tapi siapa yang tahu perasaan seseorang, bukan?" tanyanya dengan nada bergetar.

Gheo menarik kekasihnya ke dalam pelukan. Mengusap punggung gadis itu yang terasa bergetar.

"Aku ingin berhenti, tapi dia mengancam akan membunuh orangtuaku. A-aku tidak tahu harus berbuat apa. Kedua orangtuaku sudah diculik orang itu dan jalan satu-satunya adalah membunuhmu. Tapi aku tidak bisa melakukan itu semua!" jeritnya terdengar putus asa.

Gheo melepaskan pelukannya. Tangannya terulur menangkup wajah Alena yang berlinang air mata.

"Lakukanlah," ujarnya. "Bunuh aku dengan kedua tanganmu ini," lanjutnya sambil menggenggam tangan Alena yang terasa dingin di telapak besarnya.

"Aku rela berkorban demi kamu, Alena. Tapi, satu hal yang harus kamu ingat, aku mencintaimu," lanjut Gheo yang dibalas gelengan oleh Alena.

"Aku nggak bisa!" teriak Alena menjauhkan tubuhnya dari jangkauan Gheo.

"Dibunuh oleh tanganmu ataupun tidak. Aku akan tetap mati. Tapi, aku lebih senang aku mati di tangan orang yang kucintai," balasnya terdengar gila di telinga Alena.

"Kamu bisa melakukannya Alena." Kaki lelaki itu melangkah mendekati kekasihnya. Wajahnya terlihat serius. "Atau mereka akan membunuh kedua orangtuamu dan mungkin kamu juga," ujarnya.

Gheo bisa melihat kekasihnya yang terlihat frustrasi. Lelaki itu menekan bahu Alena pelan. Lalu berkata, "Kamu tidak membunuhku mereka yang akan membunuhku, Alena. Dan aku tidak akan terima hal itu. Aku lebih baik dibunuh sama kamu, Alena."

"Aku tidak ingin kamu mati Alena. Karena jika itu terjadi, hidupku akan gila tanpamu, Alen," ujarnya membuat tubuh Alena semakin bergetar ketakutan.

"Maafkan aku. Gheo aku-"

"Sttt ... kamu nggak bersalah," potongnya menarik Alena dalam pelukannya.

"Gheo, bolehkah aku minta satu hal?" tanya Alena yang dibalas anggukan singkat oleh lelaki itu.

"Apakah kamu bisa memberikanku dua puluh empat jam bersamamu sebelum aku membunuhmu?"

"Ya."

Hari, demi hari, menit demi menit, sudah berlalu. Suara dentingan jam sudah menunjukan tengah malam. Membuat tangis gadis itu runtuh.

Ia memejamkan matanya sambil menekan kuat benda tajam di tangannya. Matanya terbuka memandang laki-laki yang menatapnya tersenyum.

"Dua puluh empat jam kita sudah lewati, Alen. Satu kenangan kita buat bersama. Aku tak akan melupakan hal itu walaupun aku tahu mimpi-mimpi di masa depan yang tak bisa kita gapai kehilangan cahayanya. Seperti kehidupan setelah ini tanpaku." Gheo menarik napasnya sebelum melanjutkan perkataannya.

"Dengan hawa yang sesak dan asing malam ini menekan hatiku dengan lembut. Aku menyerahkan hidupku padamu, Alen. Aku mencintaimu selamanya."

Alena terjatuh berlutut dengan darah yang mengalir jatuh bercampur dengan air matanya. Menatap sang kekasih yang kini sudah memejamkan matanya.

"24 jam bersamamu itu mudah, tapi, 24 jam tanpamu itu sulit."

My Mysterious CEO (NEW VERSION) Pindah Ke Dreame Where stories live. Discover now