FABRI(ZIO) -15-

80 21 15
                                    

Jangan lupa tekan ikon di pojok kiri bawah. :)

Happy reading^

***

Para siswa beramai-ramai menonton di pinggir lapangan. Ada pula yang menonton di koridor kelasnya yang berada di lantai dua atau tiga. Objek tontonan mereka adalah tiga siswa yang sedang berdiri di depan tiang bendera dengan pandangan tertunduk. Utamanya adalah Fabri, cowok itu sudah menjadi sorotan di hari pertamanya menginjakkan kaki di sekolah ini.

Banyak teriakan terdengar hingga membuat Jani semakin menundukkan pandangan. Fabri menoleh, tersenyum menatap Jani.

"Maaf."

Satu kata itu berhasil terucap dari mulut Fabri, membuat dua orang itu menoleh.

Jani menatap Fabri. Tatapannya sulit dijelaskan. Gadis itu merasa kesal, marah dan ... entah lah. Perasaannya berkecamuk saat setelah kejadian itu terjadi. Ia masih sangat hafal, bagaimana Fabri melindunginya, mendekapnya erat, hingga rela mengerahkan tenaganya untuk meluapkan segala perasaan yang terpendam dalam diri Jani.

Jani yang posisinya berada di paling tengah menatap manik hitam cowok itu lekat-lekat. Matanya meneliti garis wajah cowok itu, terlihat mirip dengan seseorang yang ditemuinya tempo hari.

Fabri balik menatapnya. Membuat jantung Jani berdetak lebih cepat. Gadis itu pun membuang wajahnya ke samping lain, menghindari kontak mata dengan cowok berisis hitam itu. Menyangkal segala perasaan yang mulai ia rasakan saat berdekatan dengan Fabri.

Sementara Bakti, cowok itu hanya melihat interaksi keduanya tanpa berminat untuk mengetahui lebih jauh. Namun, diam-diam cowok itu mengepalkan tangannya di balik saku celananya. Kacamata cowok itu sedikit melorot, membuatnya berdeham sambil membenarkan letak benda tersebut.

"Ehem ... Btw, lo sekelompok sama gue, Jan."

Jani dan Fabri langsung menatap Bakti kompak. Jani hanya melongo, sementara Fabri menyeringai. Cowok itu sudah menyelidiki seluruh teman kelasnya, termasuk cowok yang duduk di sampingnya.

Dia, Bakti Raditya, cowok pendiam dengan sejuta rahasia yang disembunyikan di balik tampang tak pedulinya. Cowok itu cukup berbahaya. Ambisinya sangat tinggi dan sudah beberapa kali terkena kasus ringan karena sering bertindak diam-diam dan cenderung gegabah.

Tentu, Fabri mengetahui perasaan cowok itu terhadap Jani, dan Fabri sudah membulatkan tekad untuk terus berada di sisi gadis itu dan menjaganya.

Bakti merupakan orang yang masuk dalam daftar hitamnya. Ia tak ingin terjadi sesuatu di luar perkiraan menimpa Jani. Maka dari itu, kasus yang ditanganinya semakin berat. Fabri mengembuskan napas kasar. Jemarinya mengepal.

"Sama gue dan Nessa juga," ucap Fabri menyambung perkataan Bakti tadi.

Jani mengerjapkan mata beberapa kali saat tangannya digenggam erat oleh Fabri. Cowok itu tersenyum simpul, membuat Jani kehabisan oksigen saat ini juga.

"Inget ucapan gue kemarin, gue akan coba buat selalu ada di samping lo," bisik Fabri disertai dengan senyum menawan.

Jani semakin tak bisa mengendalikan degup jantungnya. Sinar matahari seolah tak berarti apa-apa, teriakan-teriakan itu kini menjadi sebuah sorakan yang semakin memekakkan telinga.

"Ternyata pacaran sama Jani, toh?"

"Yah, hati gue ambyar, huaaa."

"Gue sebagai istri pertama enggak terima dimadu kayak gini, huhuhu."

"Gak ikhlas, Ya Allah. Hamba enggak ikhlas."

Jani semakin menundukkan kepala. Tangannya segera ditarik keluar dari genggaman cowok itu. Ia tak ingin orang lain beranggapan lain tentang kedekatannya dengan Fabri. Utamanya hatinya, Jani tak ingin perasaannya tumbuh begitu saja terhadap cowok itu. Ia sungguh tak ingin hal itu terjadi.

FABRI(ZIO) [Completed]Where stories live. Discover now