Prepossess - 2

136K 15.9K 2.2K
                                    

🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔥

Ibu, aku baik-baik saja. Berhenti mengkhawatirkan aku seperti anak kecil."

"Tidak sampai kau memberitahuku alasannya?"

"Aku hanya perlu suasana baru," Bella menyisir rambutnya dengan tangan. "Aku sudah mengatakan itu ratusan kali."

"Jangan mencoba mengujiku, Bella. Aku lebih mengenalmu dari dirimu sendiri. Kau sangat mencintai kamarmu di rumah ini. Kau adalah anakku yang tidak suka akan perubahan. Apalagi soal tempat tinggal di mana kau harus bersosialisasi dengan orang asing."

Oh, Bella lupa jika sedang bicara dengan ibunya.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi jika semua jawabanku tidak bisa kau percaya."

"Karena aku tahu kau sedang mencoba menyembunyikan sesuatu dariku."

Bella menyandarkan punggungnya di sofa. Satu tangan memegang ponsel ke telinga dan yang lain memijit pangkal hidungnya. "Ibu, bukankah ini sudah terlalu malam?"

"Kau sedang bertengkar dengan Robert?"

"Ibu," Bella sudah akan mengatakan yang sebenarnya tapi mulutnya tidak bisa mengeluarkan kalimat itu. "Aku hanya ingin mandiri. Pergi dari rumah adalah langkah awalnya. Lagipula, semua teman-temanku sudah tidak tinggal bersama orang tuanya lagi."

"Oh, sayang kau terlalu polos untuk dunia di luar sana. Kau tidak bisa tinggal sendirian."

Bella membuka kulkas. Benda itu sudah dibersihkannya tadi siang dan ia mempertimbangkan akan berbelanja besok. "Aku tidak selemah itu. Aku anak pramuka yang terlatih."

"Bagaimana jika ada orang jahat yang mengetuk pintumu?"

"Aku tidak akan membukakannya." Jawab Bella asal.

"Bagaimana kau bisa menilai dia jahat atau tidak?"

Bella menepuk dahinya. Baru mengingat seberapa cerewet ibunya, sekaligus mengingat jika ada satu kotak berisi barang miliknya yang tertinggal di lantai bawah.

"Ibu, aku cukup pintar menganalisa. Bisakah kita mengakhiri panggilan ini karena sungguh ada banyak hal yang harus aku lakukan."

"Ingat untuk tetap memberiku kabar setiap hari. Itulah perjanjian kita. Seharusnya kau tidak berkeras tinggal sendiri. Kalau kau memutuskan untuk tinggal bersama Robert, itu jauh lebih membuatku tenang."

Bella segera memutuskan telepon seolah mendengar nama Robert menyakiti telinganya. Mungkin ia akan mematikan ponsel beberapa saat agar tidak ada yang perlu mengingatkan Bella pada laki-laki brengsek itu lagi.

Bella mengembalikan peralatan kebersihan ke lemari samping pintu masuk. Ia mengamati sekeliling, merasa puas akhirnya tidak ada debu lagi. Ruang tamu itu terasa lega. Hanya ada sofa berwarna merah hati berhadapan dengan televisi.

PrepossessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang