Prepossess - 20

67.2K 10.9K 1.8K
                                    

Semuanya berawal dengan kamu, juga sedikit senyum di ujung bibir itu.
Menjadikanku bisu, menjadikan kamu adalah satu-satunya untukku.
🔥

🎼 The Simple Things - Michael Carreon 🎼
Selamat membaca... 💜💜💜
Please baca ini sambil dengerin lagu di atas
Tapi vote sama komen dulu sini hehe

🔥

Waktu yang lama...
Untuk menciummu...

'Aku mungkin akan kesulitan untuk berhenti.'

Kata-kata itu terngiang di kepala Bella, begitu pula dengan tatapan Romeo padanya. Sesaat Bella berpikir kalau laki-laki itu sedang menahan diri. Yang tidak dimengerti oleh Bella apa alasannya. Untuk ukuran laki-laki yang menginginkan hubungan tanpa status, Romeo terlalu memberi batas di antara mereka.

Seperti di kamar mandi tadi. Mereka bahkan hanya berpegangan tangan saat Bella bertanya banyak hal. Jauh sekali di luar dugaaan Bella.

Bukan berarti Bella juga mengharapkannya, tapi itu membuat Bella semakin kewalahan karena berpikir Romeo jauh lebih menarik dari yang ia kira. Membuatnya penasaran sampai di mana batas yang membentengi laki-laki itu.

Romeo membuat Bella tinggal lebih lama dengan membuatkan segelas teh kamomil hangat yang tidak bisa ditolaknya. Mereka masih duduk di sofa. Tirai jendela dibiarkan terbuka dan ini begitu nyaman sampai Bella menyandarkan punggungnya dalam-dalam.

"Kali ini tentang dirimu,"

"Aku?"

"Kenapa kau masih menyukai teh kamomil?"

Bella tersenyum lebar. "Teh kamomil pertama yang kuminum adalah buatan ayahku. Saat itu aku tidak bisa tidur karena terus bermimpi buruk, apalagi di luar hujan deras dengan petir. Lalu ayah membawakan secangkir teh dan memintaku menghirup aromanya terlebih dulu sebelum meminumnya. Sejak malam itu aku selalu mencari teh kamomil setiap kali gelisah atau panik. Sepertinya aku tidak menyangka akan menjadi kebiasaan sampai aku sudah dewasa."

Romeo mencubit pipinya. "Dasar penakut."

"Tidak!"

"Siapa yang berlari menggedor pintuku saat ada tikus?"

"Semua orang takut pada tikus."

"Aku tidak."

"Kau bukan manusia."

Romeo terkekeh.

"Tapi teh itu juga punya makna lain sekarang. Itu mengingatkanku pada ayah."

"Dia pergi?"

Bella mengangguk. "Sebelum pindah ke sini aku tingal bersama ibuku. Dia bekerja di perusahaan kecil dan membiayai sekolahku. Kadang aku menerima pesanan kue untuk mencari uang saku. Itu semua kami lakukan setelah ayahku pergi lima belas tahun lalu dan tidak pernah kembali lagi sampai sekarang."

"Kau pasti kesepian." gumam Romeo.

"Terkadang. Tapi ibuku selalu terlihat kuat dan baik-baik saja. Seolah memang tidak pernah ada sosok suami di hidupnya. Seolah tidak pernah ada ayah untukku."

"Kau pernah bertanya tentang ayahmu?"

Pernah suatu hari, di hari ulang tahunnya yang ke dua belas. Bella bertanya bisakah ia menelpon ayahnya karena ingin mendengar ucapan selamat ulang tahun.

"Ibuku tidak mengatakan apa-apa dan langsung menangis. Itu pertama kalinya aku melihatnya ambruk dan terisak sejak kepergian ayah. Ibu memaki ayah dengan kalimat kasar dan mengatakan betapa ia sangat membencinya. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi menyebut ayah di depan ibu. Aku tidak ingin dia menangis."

PrepossessWhere stories live. Discover now