PROLOG

14.6K 552 508
                                    

Meskipun jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima menit, namun dengan santai Arga berjalan memasuki SMA Teratai menuju kelasnya yang terletak di lantai tiga. Seraya membawa tas hitam pekat di punggungnya Arga tampak biasa walau banyak siswi-siswi yang memperhatikannya sejak dia turun dari mobil. Cowok berumur 18 tahun dengan tinggi 182 cm itu, terus berjalan memasuki lift bersamaan dengan siswa dan siswi lain yang juga akan pergi ke lantai dua dan tiga. Menggunakan lift tentu saja membuat Arga cepat sampai di kelasnya, kelas duabelas IPA 2 yang berada di sisi kanan lift.

"Wuihh!! Udah jam berapa nih.. Tumben?" seru Bayu teman sekelas Arga yang mengoceh setelah melihat Arga masuk kelas dan duduk di bangkunya.

"Iya tau, gue kesiangan," jawab Arga sembari mengeluarkan bukunya dari dalam tas.

"Lo gak bangun Shubuh ya, wahh parah bangett!"

"Gue kesiangan bukan karna gak bangun Shubuh."

"Teruusss?"

"Gue kesiangan karna pusing mikirin lo yang selalu kepo dan banyak nanya."

Jawaban Arga itu membuat semua orang dalam kelas tertawa.

"Maklumin, mulutnya Bayu emang gak bisa diem," ujar Damara, sahabatnya Arga yang duduk di sebelah bangku Arga.

"Eh eh, kalo bukan karna gue, ini kelas udah jadi kelas paling sunyi di SMA Teratai." seru Bayu dengan lantangnya. Berlagak seperti orang yang berjasa.

"Iya deh. Terimaksih Bapak Bayu Daniel Syahputra yang terhormat!!" ujar Arga dan Damara berbarengan.

Mendengar perkataan Arga dan Damara itu, membuat Bayu tersenyum lebar. Arga dan Damara mengerti apa yang di maksud Bayu, dia memang suka membuat heboh dengan lawakannya yang ada-ada saja. Tapi terkadang kelakuannya juga menjengkelkan bagi siswa dan siswi di sana.

***

Hal yang dinanti setelah pelajaran adalah waktu istirahat, dan kantin adalah tempat pertama yang menjadi tujuan bagi para kebanyakan murid-murid di SMA Teratai. Berbeda dengan yang lain di waktu istirahat Arga keluar dari kelasnya, dia ingin pergi ke perpustakaan tempat yang bersih dengan dominasi pemandangan buku yang tertata rapi. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat seorang pemuda yang dia kenal dari kelas lain. Arga membelokkan langkah kakinya yang sebelumnya menuju lift, kini kearah dimana pemuda itu berdiri di depan kelas IPS 3. Arga pun menyapa dan mengobrol dengan temannya dari kelas IPS 3 itu.

Di saat yang sama gadis berambut panjang terurai, dengan ceria berjalan dari kelas sepuluh IPS 5 menuju lantai tiga. Dia adalah Zahra, seorang gadis berumur 16 tahun yang cantik dan ceria dengan senyuman manis yang selalu terpancar dari bibirnya. Dia baru masuk SMA beberapa hari yang lalu setelah lulus SMP. Zahra seorang yang peramah dan sopan pada semua orang, terutama pada kakak kelasnya.

Dengan semangat Zahra pergi ke lantai tiga untuk menemui kakaknya. Keluar dari lift Zahra berjalan sedikit kearah sisi kanan lift, dilihatnya ruangan dengan papan di atas pintu bertuliskan 'Kelas XII IPA II'. Setelah membaca tulisan itu Zahra yakin bahwa itu adalah kelasnya Damara, yang tak lain adalah kakak kandungnya. Dia memberanikan kakinya melangkah masuk ke dalam kelas itu diawali dengan ketukan pintu. Dua siswi yang berada di kelas itu sama menengok kearah Zahra ketika suara ketukan itu terdengar di telinga mereka. Seorang siswi bertanya pada Zahra.

"Ada apa?"

"Ini kelasnya kak Damara bukan, kak Damaranya mana ya?" tanya Zahra dengan sopan.

Mendengar jawaban Zahra lantas siswi yang bertanya tadi seketika langsung berdiri dari bangkunya dan menghampiri Zahra.

"Ngapain lo nyari Damara?" dengan lantang siswi itu bertanya lagi pada Zahra. Zahra terkejut melihat sikap kakak kelasnya itu, sehingga dia hanya terdiam saja.

ARGA ✔Where stories live. Discover now