Chapter 47. Obrolan

1K 53 131
                                    

Selamat membaca cerita ARGA.

~Ingat, penyesalan itu selalu datangdiakhir

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

~Ingat, penyesalan itu selalu datang
diakhir. Berpikirlah dulu sebelum bertindak, satu kali, dua kali, atau bahkan berkali-kali. Itu lebih baik daripada bertindak secara gegabah, yang memungkinkan terjadinya sebuah penyesalan.~

-Author-

Sambil menenteng paper bag kecil di satu tangannya, Arga berjalan menuju ke arah mobilnya yang terparkir. Pemuda itu baru saja membeli sesuatu untuk Zahra dari sebuah toko accessories. Arga sengaja memilih untuk membeli sesuatu yang sederhana, sesuai dengan yang Zahra sukai.

Di saat Arga telah membuka pintu mobil dan bersiap masuk, netranya tak sengaja menangkap sosok gadis yang sangat familiar baginya. Gadis itu tengah duduk di kursi kafe di ruang terbuka yang beratapkan payung. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Arga dapat melihat bahwa gadis itu sedang termenung sembari memainkan minumannya dengan sedotan.

Arga menaruh paper bag yang dibawanya di kursi kemudi, lantas ia menutup pintu mobilnya lalu berjalan ke arah gadis itu. Semakin dekat jarak Arga dengan gadis itu, semakin jelas ia melihat wajahnya.

Dan ketika Arga sudah berada di hadapan gadis itu, ia dapat melihat buliran bening lolos dari pelupuk mata sang gadis.

"Nadin, kamu kenapa?" tanya Arga pada gadis itu.

Si gadis yang tak lain adalah Nadin itupun tertegun mendengar teguran dari Arga. Ia larut dalam lamunannya hingga tak menyadari akan keberadaan Arga didekatnya.

"Eh, Arga." Buru-buru Nadin mengusap pipinya yang basah oleh air mata dan mengulas senyuman. "Kamu kok ada di sini?"

"Kamu kenapa nangis, Nad?" Arga mengacuhkan pertanyaan Nadin dan malah balik bertanya.

"Aku gak nangis, kok. Kamu tuh nanya apaan sih, Ar," elak Nadin lalu terkekeh kemudian. Pada aslinya dia memang sedang menangis tadi.

"Kamu gak usah bohong. Udah jelas-jelas aku ngeliat kamu nangis."

Nadin tak bergeming sejenak. Ia tetap berusaha agar terlihat baik-baik saja di depan Arga, meski pada aslinya dia sedang rapuh dan itupun dikarenakan suatu hal tentang Arga yang baru ia ketahui.

"Aku beneran gak papa, Ar. Saking aja nih mata aku berair. Kena debu kalik, ya." Kekehan pelan Nadin mengiringinya saat berpura-pura mengucek mata.

Tapi tetap saja Arga tetap tidak percaya atas penuturan Nadin. Menurutnya gadis itu sedang dirundung masalah sampai ia menangis. Dan Arga tau bahwa Nadin tidak ingin memperlihatkan kesedihannya tersebut.

ARGA ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt