Chapter 8 : Out Of Love (2)

1.4K 165 2
                                    

    Matahari terbit dengan gagahnya di ufuk timur. Membuat seorang gadis terbangun dari tidurnya. Ia terkejut ketika melihat seorang gadis berada di bawahnya dan sedang memeluknya. Senyuman manis terbit dari bibirnya, ia mengusap pelan pipi gadis tersebut dengan pelan agar tidak mengganggu tidurnya.

"Rosie, apa kau akan menerimaku? Atau kau akan membuangku seperti yang lain?" gumamnya sembari melihat lekat wajah tenang itu.

     Gadis yang bernama Jennie, mulai melepaskan pelukan dari Rose dengan perlahan. Jennie berjalan menuju cermin dan melihat wajahnya.
     Wajahnya terlihat bengkak dan sembab. Sekarang ia tersenyum miris melihat dirinya saat ini. Apa yang ia jaga selama ini sia-sia? Appa nya tidak akan kembali kepadanya, jadi untuk apa ia terus bertahan.
      Entahlah, ia sangat berharap appa nya kembali dan menemaninya. Mengembalikan masa kecilnya yang dulunya terbuang. Ia hanya butuh dukungan appa nya sebagai alasan untuknya kembali bertahan.

"Jennie," panggil Rose dengan suara khas bangun tidur sembari mengusap matanya.

     Dia begitu menggemaskan dan menggoda dengan rambut acak-acakannya serta bajunya sedikit terbuka, menampakan bahu sebelah kanannya yang putih dan mulus.
     Jennie menelan ludahnya, kenapa tiba-tiba Rose bisa seperti ini? Bukankah ia seorang pecicilan dan terlalu susah untuk menaati peraturan. Sekarang mengapa ia bisa terlihat menggemaskan dan menggoda seperti itu?

"Kau sudah bangun?" seharusnya Rose tidak perlu menanyakan ini. Iya, mungkin ia hanya berbasa-basi. Tapi Jennie, tidak suka berbasa-basi.

"Tidak, aku masih tidur," jawab Jennie asal.

     Otaknya sedang me loading ucapan Jennie. Dan akhirnya gadis itu sadar dan pengumpulan nyawanya juga sudah selesai.

"Kau bercanda Jennie? Itu tidak lucu," balas Rose sembari meregangkan tubuhnya.

     Jennie diam, ia kemudian berjalan menuju kamar mandi, bersiap-siap menuju sekolah. Pagi ini ia tidak ingin sarapan, apalagi jika mengingat hal yang terjadi tadi malam. Sungguh, ia ingin menyendiri hari ini.

...

    Aku sudah berada di meja makan bersama appa. Di sebelah appa terdapat boneka beruang tadi malam, sedangkan eomma sedang memasak sarapan.
     Saat mereka sedang berbincang-bincang tiba-tiba terdengar suara pintu dan itu adalah Jennie.

"Jen, kau melewatkan sarapanmu?" pertanyaaku dihiraukan saja oleh Jennie, ia pergi tanpa menoleh.

   Aku dengan berat hati berjalan kembali ke ruang makan dan duduk kembali.

"Ini semua gara-gara aku," ucap appa.

"Tidak. Ini sebuah kesalahpahaman," balasku dengan wajah sedih.

"Rose, jangan bersedih. Cepat atau lambat Jennie pasti akan mengerti. Lagipula appa mu itu sangat menyayangi Jennie, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya menunjukkan kasih sayangnya padahal ia memberikan banyak kasih sayang untuk anak-anak lain," ucap eomma panjang lebar sembari meletakkan makan di atas meja. Aku mengangguk sebagai balasannya.

...

      Hujan, pagi ini langit sedang menangis. Aku berjalan dan melihat Jisoo yang memakai sepeda, aku melambaikan tanganku ke udara, berusaha memanggilnya.
     Ia berhenti di dekatku, aku tersenyum dan naik di belakangnya sembari satu tanganku memegang pinggangnya dan satu tanganku yang lain memegang payung.

Winter [CHAENIE]Where stories live. Discover now