Chapter 9 : Love or Lie (1)

1.3K 151 4
                                    

"Kau seharusnya lebih jujur dengan perasaanmu."

-Unknown-

....

"Kau harus lebih fokus dengan pelajaranmu," ucapnya membuyarkan lamunanku.

Bagaimana dia bisa setenang itu setelah kejadian malam itu? Aku tak bisa fokus karena aku memikirkannya.

Ia menatapku dan memainkan rambutnya.
"Jika kau tidak masuk dalam peringkat 100 besar, kau bisa terancam keluar."

Apakah aku boleh berharap, bahwa ia juga menyukaiku? Bukankah sebenarnya aku juga sudah berharap saat ini.
Aku memeluknya dari samping, menyandarkan daguku di bahunya.

"Jennie, apakah aku boleh berharap? Tolong jelaskan hal itu dengan bahasa yang mudah dipahami oleh orang bodoh sepertiku ini," bisikku.

"Jika kau menjawabnya aku janji akan fokus dalam belajar. Apa maksud dari ciuman malam itu?" bisikku lagi.

Ia terdiam cukup lama, lalu menghela napas dan menyandarkan dagunya ke lenganku.

"Tidak ada maksud apa-apa," jawabnya. Ia mendorongku untuk sedikit menjauh.

"Lagipula kita sama-sama perempuan terlebih lagi kita ini saudari. Jadi, mari kita berhenti melakukan hal seperti itu."

Aku sangat mengerti. Tak ada harapan untukku.

"Sekarang fokus dengan pelajaranmu," ucapnya kembali mengajariku.

...

"Hah, Chaeng. Kau terlalu maju, jadinya kita kalah." Jisoo mengomeliku karena kalah bermain.

Setelah test menyebalkan di sekolah, aku dan Jisoo memutuskan untuk pergi ke arena permainan game. Pikiranku berkecamuk membuatku harus segera menyegarkannya.

"Apa belajar membuatmu stress, Chaengie?" tanyanya mengelus puncak kepalaku.

"Hah, padahal aku memikirkannya sepanjang waktu hingga tidak bisa tidur."

"Chaeng, yang benar saja."

Meratapi penolakan memang begini ya? Lalu kenapa dia menciumku seperti itu. Aku jadi terus memikirkan hal itu. Apa aku harus segera menyerah dengan perasaan ini? Ya sepertinya harus, daripada aku terus jatuh tanpa berhenti.

"Hei Chaeng, lihat dia. Gerakan tangannya begitu halus. Dia juga menjaga jaraknya dengan tepat. Seharusnya kau bermain seperti itu tadi," ucap Jisoo membawa pandangan kepada gadis yang ada di sebelah kami. Aku memandangi gadis itu, sepertinya aku mengenalinya.

"Hm, bukannya itu. Hwang Eun Bi?" sapaku memastikan. Ia menatapku, melepaskan headphone yang ada di telinganya.

"Akhirnya, aku menemukanmu Rose eonnie."

....

"Apa orang tuamu tahu kau kemari?" tanyaku padanya.

"Mereka terlalu sibuk, jadi kuberitahu dari sms saja," jawabnya sembari memakan es krimnya.

"Oh ya ini Hwang Eun Bi. Biasanya di panggil SinB dan SinB perkenalkan ini temanku di sekolah, Kim Jisoo."

Winter [CHAENIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang