20 ❀ ini semesta

10.1K 1.6K 263
                                    

ini semesta.

tempat manusia berlomba.
tempat manusia mencari rupa.
tempat manusia menjadi lupa.

ini semesta.

yang cantik diapresiasi,
yang tenggelam tetap sendiri.
lantas, apa yang bisa dilakukan diri?
meratapi?

ini semesta.

tempat dilahirkannya tuan dan puan.
tempat semua menjadi aduan.
tempat semua ingin rupawan.

ini semesta.

masih menikmatinya?

"kamu ngerti gak sih?! minju itu cuma pelarian aku, karena sebenernya dari awal aku suka sama kamu!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"kamu ngerti gak sih?! minju itu cuma pelarian aku, karena sebenernya dari awal aku suka sama kamu!"

aku menggeleng pelan denger kata-kata yang keluar dari mulut haechan. aku nutup pagar dan masuk ke dalam rumah, meninggalkan haechan sendirian dengan tanda tanya.

"kenapa sih, berantem di depan rumah? berisik."

suara mama menyambutku. aku menunduk, ternyata mama mendengar pertengkaran tidak pentingku.

"ma, kemarin kayra sakit—"

"udah tau." potong mama ke teh yeeun yang barusan bicara. "kenapa sih bisa sakit? bikin banyak keluar uang aja."

lagi-lagi aku menunduk dalam diam.

tapi beda dengan teh yeeun.

"ma, mama kok ngomong kayak gitu sih? kayra sakit loh ma? ini bukan waktunya mama buat marahin kayra!"

"bukan urusan mama!" bentak mama. "kamu tuh ya kay, dari dulu, dari awal mama nikah sama papa kamu, selalu aja ngerepotin! kamu juga gak pernah punya prestasi di sekolahmu! beda kan sama kakakmu? yang kamu bisa tuh apa sih?!"

"ma—"

"yeeun, diem! mama lagi ngomong sama kayra!" mama masih bicara dengan nada kerasnya. "dengerin ya, mama oke aja kalau yeeun jadi anak mama, tapi mama gak akan nerima kamu, kayra!"

"astaga, omongan mama!" teriak teh yeeun. mama cuma melengos, lalu pergi dari rumah, meninggalkan aku dan teh yeeun dalam hening, tapi dengan emosi yang masih ada.

"kay, jangan didengerin ya omongan mama—"

"iya, nggak kok." sahutku sambil mengangguk, lalu menaruh tas. "aku mau cari angin dulu, boleh gak?"

"kakak temenin ya?"

"nggak usah, teh." aku menggeleng. "lagi butuh waktu sendiri aku."

teh yeeun sempat diam, lalu akhirnya mengangguk. "yaudah, jangan jauh-jauh ya? jangan terlalu malam pulangnya."

"siap!" kataku sambil tersenyum kecil, lalu keluar rumah. di luar, mama sudah pergi, haechan juga.

aku milih buat jalan kaki dan nenangin diri, dari kata-kata mama yang sangat menggores hati.

[I] sampai jadi debu, haechan✅Where stories live. Discover now