17: GEMTAJEL

287 39 7
                                    

"Makanan siap!!!"

"Pelan-pelan saja bawanya, sayang." Peringat ibunya Hali. Seperti biasa senyum akan selalu menghiasi wajah manis beliau.

Yang ditegur hanya cekikikan. Biarlah, Blaze memang begitu.

"Aku panggil om sama Hali ya tante?"

"Iya, panggil gih!"

Kuberikan jempolku. "Ikuttt!" Blaze berlari mengejarku, akupun lari. Aduh, Blaze, begini saja ikut. Bantuin ibunya Hali menata meja makan kan bisa...

"WOI HALI!!"

BRAK

TAK!

"PINTUNYA RUSAK KU SURUH GANTI RUGI KAU!!!"

"KEPALAKU SAKIT INI! KAU BISA MENGGANTINYA JUGA HAH!!?"

Loh? Ayahnya Hali mana?

Mungkin ada diruangan sebelah. Aku kesana saja. Biarkan mereka berdua damai sendiri.

Ku ketuk-ketuk pintunya pelan, "Paman? Oh, paman disini... Dipanggil tante untuk makan."

"Iya. Gempa duluan saja. Sebentar lagi paman menyusul."

"Oke..." Kataku. Berlalu pergi. Saatnya menarik Halilintar dan Blaze untuk turun makan.

Sahutan bising mereka masih terdengar. Tak ada cara lain selain menarik mereka langsung ke meja makan.

Blaze merengut kesal, dahinya yang tertutupi poni diusap-usapnya. Halilintar duduk dengan tenang. Akupun begitu sampai ayahnya Hali datang dan mulai bergabung di meja makan.

Tak ada yang bicara kami makan dengan khidmat. Hanya suara denting sendok saja yang terdengar bersama dengan suara decakan cicak. Entah dimana aku tak mau mencari tau.

Harap-harapnya bukan dilangit-langit meja makan. Ngeri melihat ada hitam-putih tiba-tiba menggenang atau nemplok dimakanan kami.

"Gempa!" Dari arah toilet Blaze berteriak. Apa lagi dia?

"Kenapa?" tanyaku, berjalan mendekatinya.

"Caranya cuci piring bagaimana?" pusingnya membolak-balik piring yang ada ditangan. Sesekali ia memainkan spons ditangannya.

Ini tak memusingkanku. Sungguh. Blaze memang sangat jarang menyentuh pekerjaan rumah, tapi yang satu ini dia hanya pura-pura tak tau.

"Pikirkan saja sendiri."

"Serius ini!"

"Siapa yang lagi bercanda?" tanyaku. Blaze menggerutu kesal. Haha.

"Serius lah Gemmmmm."

Jadi menyebalkan sekali-kali tak apa kan?

"..."

"Gempaaaaa!!!"

"Aku tau suaramu bagus. Jangan teriak. Nanti ayahnya Hali tidak bisa tidur siang. Kasihan juga tante, butuh istirahat." Ku berikan mangkuk kotor lainnya kepada Blaze. "Ini."

"Bukannya membantu malah ditambah-tambahkan."

"Apa? Mau ku tambah lagi? Sekalian kerja. Kau mau jadi orang yang pemalas?"

"Iya."

Dasar.

"Cepat kerja! Ku tinggal juga kau."

Kepalanya kembali ia tolehkan kepadaku, "Memang mau kemana? Siang-siang begini bisa buat kulitku gosong, tau tak?"

"Begini Blaze..." Aku menjeda kalimatku. Bersiap-siap memasang tampang polos yang aku bisa. Kata kak Asha sih tampang polosku bisa mengibul. "Aku sungguh tidak peduli. Sekarang kau mau bicara apa lagi? Lagipun kulit eksotis favoritnya bule diluar sana. Kau tidak mau syukuri apa yang kau miliki?"

"Ingat tidak arti ayat---"

"OKE! SANA! PERGI SAJA SANA SAMA HALI!! HAH! TAK PERLU KAU INGATKAN! AKU TAU! SANA!! CK!"

"KENAPA KAU BELUM PERGI-PERGI JUGA HAH!?" Teriak Blaze lagi.

Bahuku mengendik tak acuh, "Karena aku ingin."

"GEMTAJEL!"

Apa lagi itu.

"GEMPA TIDAK JELAS!"

Oh, sematan baru toh untuk namaku.

TBC--

[Sstttt---] (BoBoiBoy)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora