24: Masalah

227 31 3
                                    

"Apa lagi ini??"

"Hah... Bosan baca negative comment."

"Selamat yang sudah semakin terkenal!!"

"Aku tak menyukainya!"

"Loh, kenapa?"

"Kau tidak perlu tau!"

Yaya menatapku bingung. Ku pandang kepergian Blaze dengan rasa penasaran juga.

Halilintar menghabisi tehnya lebih dulu sebelum memohon maaf secara tidak langsung kepada Yaya. "Dia lagi stress. Biasa~.."

"Oh gitu..."

"Iya." Jawabku ikut-ikutan. Setidaknya tidak membuat Yaya khawatir.

"Kalian berdua tidak susul Blaze?"

"Buat apa?" tanya Halilintar.

"Untuk hibur dia. Setidaknya ngilangin stressnya biarpun hanya sedikit."

"Tidak perlu." Tolak Halilintar.

Aku mau saja.

"Dia bukan anak kecil lagi. Bisa urusin masalahnya sendiri." Ada benarnya kata Halilintar, tapi..  Kami belum tau pasti apa masalah Blaze kali ini hingga membuat dia begitu sejak pagi.

Susul, tidak?

"Kak!"

"Oh, aku pergi dulu." Pamit Yaya.

Dari belakang Ice menyapaku. Mengambil duduk disampingku bersama Taufan.

"Ice, mie pangsitnya satu ya!"

"Iya." Angguk Ice pergi memesan. Padahal duduk setengah menit saja belum ada.

"Blaze mana?"

"Tidak tau."

"Tumben. Biasanya nemplok sama kalian berdua." kata Taufan.

"Sepertinya dia ada masalah." gumam Hali.

"Apa?" Taufan memperbaiki duduknya. Memandang kakaknya lekat-lekat. Lagi-lagi Halilintar mengangkat bahunya acuh tak acuh.

"Aku susul saja lah." Putusku tak tahan.

"Aku ikut!" Taufan pun sama.

"Terus pesananmu?"

"Gampang itu. Ayo cari Blaze!" Taufan berlari mengikutiku. Lalu berhenti sejenak, "Itu, nanti, mie pangsitku jangan sampai kak Hali sentuh! Ingat!!"

"Cam aku mau saja."

Taufan menyipitkan matanya memastikan. Kemudian melengos. "Oke."

Kami menemukan Blaze. Duduk bersandar di dinding kelas ku dengannya dan Halilintar. Jelas ekspresi wajahnya tak mendukung. Mendung sekali nampak.

"KECUTNYA WAJAH KAU!"

"Jangan ganggu!"

"Halah.. Kenapa memangnya? Kalau aku mau bagaimana?" Tantang Taufan. Remaja pecinta biru itu berjongkok depan Blaze. "Kenapa? Repot jadi artis dadakan?"

"Tidak."

"BOHONG!"

"TIDAK PERLU BERTERIAK JUGA, BISA KAN?!"

"KAU JUGA BERTERIAK!"

"PERGI!"

"KAU MENGUSIR KU HAH!? MEMANG INI KELASMU!?"

"KAU PIKIR!?"

"Oh iya juga." Sadar Taufan, "TAPI SIAPA SAJA BISA MASUK!" kemudian membela diri.

Blaze siap berdiri mengusir. Aura disekitarnya pekat sekali. Aku rasa.

"TIDAK UNTUK SAAT INI!" Tangannya bergerak menarik paksa Taufan. Kenapa dia? Dia kelihatan marah sekali. Biasanya dia dan Taufan sering bercanda seperti ini.

Aku harus turun tangan sebelum Taufan ikut tersulut emosi sungguhan karena Blaze.

"HOI LEPAS! NIAT SEKALI KAU MENGUSIRKU!"

"BLAZE!" Tegurku sambil mendekati mereka berdua.

"CK!" Decak Taufan mendorong Blaze. "Aku kesini datang baik-baik. Bertanya, kau kenapa. Begini responmu?" Marahnya, lalu pergi.

Sunyi.

Hanya ada aku dan Blaze.

"Pergi Gem. Biarkan temanmu ini sendiri dulu dan sampaikan maafku pada Taufan."

"Oke." Kataku tidak mau membantah. Mungkin benar dia sedang ada masalah dan tidak mau diganggu. Lebih baik sekarang ku jelaskan baik-baik pada Taufan.

Karena diantara keduanya tidak pernah seperti ini.

TBC--

[Sstttt---] (BoBoiBoy)Where stories live. Discover now