24 | Canggung

3.3K 261 2
                                    

Hari demi hari, Retta dan Melvin kian dekat walau Melvin masih suka marah-marah dan cuek. Melvin memang cuek tapi diam-diam mulai perhatian pada Retta. Dan Melvin, masih saja bingung dengan perasaannya sendiri.

Saat ini, kala upacara hari Senin, seperti biasa, Retta sering curi-curi pandang ke barisan kelas dua belas. Tepatnya ke barisan di mana ada cowok yang dicintainya itu. Tapi kali ini berbeda, Retta pun sadar, dia kerap kali bertemu pandang dengan Melvin. Melvin juga beberapa kali melihat ke arahnya. Retta menahan senyumnya. Ada banyak sekali kemajuan yang diterimanya akhir-akhir ini.

Di tempatnya, memang benar, Melvin sesekali menatap ke arah Retta. Tanpa sadar, dia mulai tertarik pada Retta. Ziggy yang sadar kalau temannya itu sepertinya mulai membuka hati untuk cewek, menyeringai.

Ketika upacara usai, Ziggy pun bertanya pada temannya itu. "Sepertinya, tebakan gue benar."

"Apanya?" dengan wajah datar Melvin bertanya. Kedua tangannya tenggelam dalam saku celananya. Kakinya terus melangkah menuju kelasnya, dibarengi oleh Ziggy, di sebelahnya.

"Lo mulai tertarik sama Retta."

"Sok tau lo!"

"Gak usah elak, Vin. Gue tau. Katanya gak bakalan suka. Sekarang lihat! Kelihatan jelas kalo lo mulai suka Retta," tebak Ziggy sambil menggaruk lengan kirinya yang gatal.

Melvin bungkam. Tidak ingin memperpanjang. Membiarkan Ziggy berasumsi. Asumsi yang terdengar ada kebenarannya.

🌠🌠

Untuk besok, tidak ada tugas sekolah yang harus Retta kerjakan. Jadi, malam ini, duduklah dia di sofa ruang tengah dengan laptop yang menyala di atas meja. Saat ini dia tengah menonton drama Korea. Jika ada adegan baper, dia selalu senyum-senyum sendiri. Kadang ngebayangin kalau itu adalah dirinya dengan Melvin. Dasar korban drama!

Di tengah aktivitasnya menonton itu, tiba-tiba duduklah Melvin di sebelahnya. Oleh karena itu, dia beringsut ke ujung sofa. Dilakukannya itu agar Melvin tidak risih padanya. Karena biasanya sofa itu digunakan Melvin untuk belajar. Namun, Retta tidak mendapati kehadiran buku paket milik Melvin kali ini. Apa mungkin Melvin tidak ingin belajar malam ini?

Retta tidak berani bertanya. Wajah cowok itu terlihat datar. Jadi, Retta memfokuskan kembali pandangannya ke arah layar laptopnya yang menampilkan seorang Oppa tampan yang sedang menelepon gebetannya.

"Lo gak belajar?" akhirnya pertanyaan seperti ini malah keluar dari mulut Melvin. "Asyik nonton aja lo!"

Retta menoleh ke arah Melvin. Lalu nyengir, "Gue gak suka belajar. Suka nonton drakor. Lo sendiri gak belajar?"

"Udah," balas Melvin cuek.

Lalu hening, kecuali suara orang bicara dari laptop Retta. Canggung, Retta canggung karena kini mata Melvin ikut tertuju ke arah layar laptopnya. Apa sebaiknya dia masuk saja ke kamarnya dan membiarkan Melvin beristirahat di sana? Ah, Retta sangsi!

Retta sudah bersiap-siap mengangkat laptopnya setelah memutuskan untuk masuk kamar saja. Dia takut Melvin kurang nyaman dengan kehadirannya di sana.

"Lo mau ke mana?" Melvin bertanya kala Retta mulai bangkit.

"Kalo gue di sini mungkin ngeganggu lo. Jadi, gue nonton di kamar aja."

"Enggak, duduk aja!"

Senyum Retta mengembang. Berarti, kehadirannya tidak menganggu. Aduh, dia senang sekali. Maka, kembalilah dia ke tempat di mana dia duduk tadi. Tak lupa, laptop pun kembali dia taruh di atas meja. Dan dia pun lanjut menonton.

"Lo suka nonton drakor?" tanya Melvin tiba-tiba. Dia, sepertinya mulai penasaran pada Retta. Seperti, apa saja yang disukai cewek itu.

Retta mengangguk, menatap Melvin sekilas lalu kembali pada tontonannya.

"Kenapa?" Melvin bertanya lagi. Wah, kelihatan sekali kalau dia pengin tahu tentang Retta. Tapi, yasudahlah. Faktanya dia memang penasaran pada cewek itu.

Dengan mata yang tidak teralihkan dari layar laptop Retta menjawab, "Ada banyak drama Korea yang bagus. Alurnya gak ketebak. Yang paling penting, ada banyak pesan tentang kehidupan. Terus, ada aktor yang tampan. Kalo lo, pasti gak suka drakor, kan?"

"Iya," balas Melvin singkat. Lalu hening lagi antara dia dan Retta. Diam-diam Melvin melirik ke arah Retta yang fokus pada tontonan cewek itu. Melvin berdebar kala tiba-tiba Retta tertawa. Sepertinya sedang ada adegan lucu.

Melvin ikut menonton apa yang ditonton Retta. Jujur saja, Retta senang berada dalam suasana seperti ini. Ketika dirinya dan Melvin fokus pada hal yang sama.

Sepuluh menit telah berlalu, hingga Retta dikejutkan dengan sebuah adegan drakor yang membuat jantungnya hampir melompat keluar. Sebenarnya, jika sendiri dia akan biasa-biasa saja. Tapi sekarang, ada Melvin di sebelahnya. Otomatis Melvin juga melihat adegan ciuman antara tokoh utama cewek dan tokoh utama cowok.

Suasana benar-benar canggung saat ini. Tangan Retta bahkan tidak sanggup terulur untuk skip adegan yang tidak ingin dilihatnya itu. Dan Retta memilih untuk melihat ke arah lain. Tapi, sialnya, dia malah menatap ke arah Melvin. Begitupun Melvin yang kini memilih menatap ke arahnya. Otomatis, pandangannya dengan cowok itu bertemu.

Retta rasa pipinya sudah memerah saat ini. Otaknya mulai tak waras. Dalam suasana canggung seperti itu dia malah membayangkan kalau tokoh utama yang sedang kissing itu adalah dirinya dengan Melvin. Dasar Retta!

Retta bersyukur kala adegan itu sudah berakhir. Sial, dia mulai tidak fokus. Jadi, lebih baik dia memutuskan untuk berhenti menonton saja. Daripada ada adegan yang seperti itu lagi bagaimana? Dan gawatnya adalah karena dia canggung dia tidak bisa skip adegan itu. Bisa-bisa Melvin mencapnya sebagai cewek cabul.

Retta mematikan laptopnya. Dengan gugup dia berkata pada Melvin, "Gu-gue ke kamar dulu, ya!''

Ketika Retta sudah berdiri dan bersiap-siap melangkah, Melvin malah menarik tangannya Retta. Membuat Retta kembali terduduk. Kejadian tiba-tiba itu benar-benar membuat jantung Retta menggila. Apalagi kala wajahnya dan Melvin berada dalam jarak yang begitu dekat. Tatapan tajam Melvin lurus ke dalam bola matanya.

"Besok berangkat sekolah bareng gue!" ucap Melvin.

Retta beringsut menjauh. Berada dalam jarak sedekat itu tidak baik untuk dirinya. Bisa-bisa dia tidak bisa tidur malam ini. Dengan salah tingkah dia menatap ke arah televisi yang tidak menyala. Lalu menjawab dengan terbata-bata. "Ba-baik."

Sebelum Melvin sadar dengan wajahnya yang merona, Retta harus kabur dari pandangan cowok itu. Jadi, dia bergegas pergi tanpa mengucap sepatah katapun pada Melvin. Dia sedang tidak punya muka untuk berbicara lagi pada Melvin saat ini. Benar-benar suasana yang canggung.

Melihat Retta yang kabur dari hadapannya, sudut bibir Melvin tertarik membentuk senyum tipis.

Dan, tanpa Melvin sadari, Indira sempat melihat itu. Ibu cowok itu juga tersenyum. Dia sadar kalau anak semata wayangnya itu mulai tertarik pada Retta.

Indira jadi tidak sabar untuk memutuskan tanggal pernikahan Retta dan Melvin. Dan sayangnya Indira harus menunggu keduanya lulus sekolah dulu. Masih lama ternyata. Indira jadi tidak sabar.

🌠🌠


Kamis, 23 Januari 2020

By Warda.

Approccio [Completed]Where stories live. Discover now