RINDU BANG ALI

1.3K 86 4
                                    

"Pasien mengalami koma akibat tusukkan,tembakkan dan benturan di kepalanya cukup keras membuat ia kehilangan banyak darah dan saat ini kami akan melakukan transfusi darah terhadap pasien tapi stok golongan darah pasien disini sudah habis, jadi apakah diantara kalian mempunyai golongan darah yang sama dengan pasien?"

Selfi dan Luna terunduk lesu mendengar kabar kondisi Ali saat diperiksa dokter, usai penembakkan itu Ali langsung tak sadarkan diri bersamaan pula Afisan dan Fildan datang bersama Rafa sedangkan Ibu mereka, Verrel, Aditya dan Prilly kabur entah kemana saat sudah menembak Ali.

Fildan memandang dokter Endra, yang memeriksa keadaan Ali. "Emangnya golongan darah sahabat saya apa dok?" tanya Fildan.

"O negatif, golongan itu sangat langka. Dan apakah diantara kalian mempunyai golongan darah dengan pasien?" ucap dokter bertanya kembali.

Fildan, Afisan dan Reza saling pandang lalu menggeleng begitupula dengan Selfi maupun Luna jika golongan darah mereka tak sama dengan Ali.

Dokter Endra menghela napas, "Tolong usahakan mendapatkan golongan darah yang sama.dengan pasien karena pasien cukup banyak kehilangan darah... " ucap Dokter endra lagi. Selfi hanya mengangguk lemah mewakili adik bungsu dan para sahabat kakaknya.

"Yasudah kalian boleh menjenguk pasien tapi hanya boleh dua orang saja..." kata dokter Endra, "saya permisi dulu.." Dokter Endrapun berlalu meninggalkan Selfi dan Luna berserta para sahabatnya Ali.

"Kak, Ceppy sama Luna duluan jenguk abang ya..." kata Selfi. Reza mengangguk setelahnya Selfi dan Luna memasuki ruangan ICU dimana sang kakak terbaring lemah.

Selfi dan Luna terisak melihat abang mereka dalam kondisi tak baik dengan peralatan medis yang menempel di sekujur tubuhnya. Dengan langkah kaki yang pelan Luna mendekati bangsal Ali dan menatap sang kakak cukup lama, hati Luna mengiris kembali melihat luka sayatan di pipi abangnya.

"Hai bang Ali, apa kabar?" tanya Luna berbisik dengan nada isakkan lirih di dekat telinga Ali.

Hening. Pertanyaan Luna tak dapat respons dari Ali, pria itu masih memejamkan mata dengan damai. Gadis berambut pendek itu semakin terisak dan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dengan abangnya sementara itu Selfi berusaha kuat di depan kakaknya, ia tau Ali sangat membenci orang yang menangis karena dirinya.

"maafin Luna, Bang. Luna emang selalu bikin abang celaka, hiks... Luna emang jahat karena gara gara abang nyelamatin Luna abang yang kena getahnya, hiks hiks..." Lirih Luna menangis dan tetap pada posisinya.

Selfi menghampiri adik bungsunya dan memeluk tubuh ramping Luna, "dek, jangan nangis terus... ntar bang Ali sedih liat adik adik kesayangannya nangis karna keadaannya, bang ali perlu doa kita supaya bang ali bisa bareng bareng lagi sama kita.. jadi kak Ceppy mohon sama Luna jangan nangis abang ali gak suka liat kita nangis..." ucap Selfi menahan isakkannya. Luna diam ia terisak kecil dalam pelukkan kakak perempuannya. Selfi menenangkan Luna dan mereka keluar dari ruang rawat Ali.

Reza, Fildan dan Afisan menghampiri Luna dan Selfi saat mereka keluar dari ruang ICU. Dan membantu Selfi menuntun Luna yang lemas akibat kejadian hari ini apalagi keadaan Luna belum cukup baik akibat pelecehan kemarin dan penculikkan itu.

"Kak, gimana Putri udah tau,?" tanya Selfi pada Reza.

"Iya, dia sama Randa udah otw kesini.."  jelas  Reza lesu bahkan tubuhnya masih lemas akibat pukulan tadi yang mengenai tubuhnya, beruntung sehabis penembakkan itu Rafa, Fildan dan Afisan datang membawa kerumah sakit dan mengobati luka ketiganya cepat.

Selfi pun diam dan masih memeluk tubuh Luna yang bergetar hebat, kejadian mengerikan yang menimpa luna cukup membuat Luna trauma berat karena pelecehan itu.

Cinta Hanya Sekali (FIN√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang