20 - Keputusan

21.9K 2K 145
                                    


🕊️🕊️🕊️

Semua orang sudah pulang, termasuk Ayu dan Santoso yang sejak beberapa jam yang lalu menemani Lara. Sedangkan Irza baru mau menjenguk Lara, karena ia baru mendapat informasi dari Ayu.

Mendapat kabar bahwa Lara masuk rumah sakit gara-gara Imran tentu saja membuatnya marah. Imran benar-benar lelaki bodoh, pikirnya.

Saat keluar dari mobil, langkahnya terhenti ketika sepasang matanya menangkap seseorang yang tengah duduk di kursi taman sambil berpangku tangan.

"Bang Imran?" Seketika rahangnya mengeras setelah memastikan seseorang yang duduk itu memang benar sepupunya. Ia langsung mempercepat langkahnya menghampiri lelaki itu.

"Berengsek!"

Dalam sekali tarikan, Irza mendorong Imran pada sebuah pohon seraya mencengkeram erat bagian kerah bajunya. Satu pukulan keras kembali Imran rasakan. Bedanya, kali ini ia berontak, hendak memukul balik. Imran tertawa begitu kencang membuat Irza semakin naik pitam.

Bugh!

Irza memukul perut Imran sebanyak tiga kali sampai kehabisan tenaga.

Dengan terbatuk-batuk, Imran berujar sesuatu yang berhasil membuat Irza menggeleng tak habis pikir.

"Waw, akhirnya sang pahlawan datang juga. Kalian sadar enggak sih? Cara kalian selingkuh di belakang gue sangat menjijikan tahu, enggak?"

Ucapan Imran disambut dengan tawa miring Irza. "Apa aku enggak salah dengar? Abang enggak pernah ngaca, ya?"

"Pikir pakai otak, Bang! Kalau pun aku mau rebut Lara dari Abang, harusnya udah dari dulu aku lakuin. Tapi apa? Aku diam, bahkan aku mencoba ikhlas demi Lara. Aku percaya Abang bisa buat Lara bahagia. Dan sekarang, aku nyesel enggak jadi bawa Lara kabur di hari pernikahan kalian!"

Diam. Imran sama sekali tak bersuara.

"Abang sadar enggak, sih? Yang jahat itu diri Abang sendiri. Abang yang merampas kebahagiaan aku dan Lara, demi kepuasan diri Abang. Yang biang masalah itu juga Abang. Yang menciptakan masalah sampai sebesar ini pun Abang. Dan sekarang, dengan gampangnya Abang menyalahkan Lara pada setiap masalah. Hati Abang ke mana? Dijual?!"

Terserah orang-orang menganggapnya tidak sopan. Setelah kejadian ini, bagi Irza, Imran tidak pantas mendapatkan rasa hormat darinya.

Karena Imran sama sekali tidak merespons, Irza memutuskan untuk langsung menjenguk Lara. Sayangnya, saat ia sampai di dalam, Lara sedang tidur. Ia tidak mau mengganggu tidur nyenyak Lara.

Tak apa, melihat perempuan itu dan bayi yang ada dalam kandungannya baik-baik saja itu sudah cukup bagi Irza. Untuk saat ini, ia hanya bisa berdoa semoga keadaan Lara lekas membaik.
  
"Aku janji, aku akan menjaga kamu meski dari kejauhan. Selamat tidur, Princess Lara."
 
   
 
                                                      🕊️🕊️🕊️

Lara mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya di sekitarnya. Ia begitu terkejut ketika menoleh ke samping, dan mendapati Imran tengah duduk sambil memperhatikannya.

Imran menampakkan senyum tipisnya. Ada rasa nyeri pada ulu hatinya ketika ia menemukan tatapan penuh ketakutan dari sorot mata Lara.

"Bagaimana keadaan kamu?"

Imran merasa bodoh karena pertanyaannya sendiri. Tak perlu ditanya pun harusnya ia tahu Lara sedang tidak baik-baik saja.

Laki-laki itu hampir saja menggapai tangan Lara. Sayangnya, Lara yang sadar langsung menjauhkan tangannya.

Luka & Lara (Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora