Teruntuk kamu
yang datang dalam sembilu
Mengubah pahit menjadi madu
Dulu aku mendengar hujan sebagai tangisan
Sebelum kamu menjadikannya puisi picisan
Teruntuk kamu
yang mengendap-endap dalam kelabu
Mengubah abu menjadi merah jambu
Dulu aku melihat malam sebagai gelap
Sebelum kamu menjadikannya gemerlap
Teruntuk kamu
Maaf hidupku tak semuluk musim semi
Semoga kau tetap mencintai musim dingin yang penuh luka
YOU ARE READING
Monolog
PoetryHanya kumpulan kata-kata tak beraturan. Tidak mengenal prolog. Tidak sempat bertemu epilog.