Bagian 22

107 23 3
                                    

Randa pov

Aku melangkahkan kakiku menuju ke arah wanita paruh bayah dengan sekumpulan teman kelasku yang berbincang ria. Kulihat senyuman kebahagiaan yang aku pun dapat merasakan itu. Seolah aku telah menemukan senyumku yang selama ini hilang.

Kumantapkan kakiku menuju ke arahnya sambil mencoba memasang senyuman palsu yang selama ini aku umbar-umbar. Saat mendekati wanita paruh bayah itu. Kurasakan sebuah kebahagiaan tiada tara yang menjalar di seluruh relung hatiku. Dengan perlahan aku memanggilnya dengan sebutan yang sopan. Sontak dirinya menoleh ke arahku.

Hal yang pertama kali aku lihat adalah matanya yang sangat teduh. Nyaman sekali, seolah sesuatu yang hilang selama ini telah kembali. Hatiku menjadi senyaman ini, kebahagiaan, kerinduan, dan semburat senyuman  kini terukir jelas di balik mataku. Mata itu, tak asing bagi diriku. Entahlah, yang jelas aku merindukan mata itu. Entah dimana aku melihatnya? Aku tak ingat jelas. Yang kutau dia pasti adalah ibu dari Vina, teman sebangkuku.

Namun disela-sela perbincangan kami, seseorang muncul dengan nada tingginya mencoba menyerangku melalui kata-kata pahitnya. Aku tau, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk berkelahi. Apalagi berkelahi dengan orang seperti dia. Yang tidak memiliki perasaan dalam hatinya. Aku hanya menjawab pertanyaan yang ia lontarkan bagiku itu memang penting.

Kulihat dia masih saja mencoba menjatuhkanku didepan ibunya sendiri yang aku tau baru aku kenal. Tetapi semua itu terhenti ketika sebuah suara menghalangi disela-sela ucapannya. Dia adalah Vina, yang akhir-akhir ini menganggapku berharga. Benarkah?? Aku saja tak tau itu. Biarkan sajalah, mungkin  itu kata yang pantas aku ucapkan.

Dan sekarang aku sudah berdiri di tepian kolam renang yang ada di rumah Vina, bersama Vina yang berdiri sejajar di sebelahku. Dan aku tak tau ia sedang menatap ke arah mana.

" Maaf.. "Ucapnya tiba-tiba saat keheningan melanda kami beberapa menit yang lalu.

Aku lantas mengangkat sebalah alisku dan berkata " Untuk apa? "

Perlahan Vina menoleh ke arah diriku yang juga baru saja aku melihat ke arahnya.

" Sikap Bayu, kakaku. Yang mungkin ucapannya menyakitkan untuk dirimu. "Ucapnya singkat.

Aku hanya beroh-ria, sesekali mengingat ucapannya yang setiap harinya menyakitkan bagiku Atau ucapanku yang menyakitkan baginya. Lantas aku mengalihkan pandanganku menatap ke arah depan. Begitupun dengan Vina, ia melanjutkan aktivitasnya yang sedari tadi ia lakukan. Menatap bintang melalui pantulan kolam renang itu.

" Kau percaya dengan bintang? "Tanya Vina tiba-tiba.

Aku hanya menunjukkan senyuman tipisku, lalu menatap ke arah yang sama Vina tatap.
Seolah menunjukkan jawaban yang mungkin Vina juga tau.

Sangat, batinku

Kuliahat Vina tersenyum ke arahku, dan aku membalas senyuman indah itu. Senyuman apa ini, seolah aku terhipnotis dengan senyuman itu. Ingin rasanya diriku menghentikan jarum pendek yang bergerak setiap jamnya, jarum panjang yang bergerak setiap menitnya, dan jarum merah yang berdetak setiap detik dan waktunya. Menghentikan sejenak aktivitas dan menatap keindahan yang diciptakan oleh yang maha Kuasa. Sangat sempurna,mungkin kata itu cocok untuk gadis seperti Vina. Gadis cantik, manis, pintar, baik hati dan lemah lembut. Paket komplit ada pada dirinya. Kesempurnaan yang tiada tara, bahkan kalau boleh memuji. Aku akui dia memanglah mahkluk terindah yang Tuhan ciptakan.

Apakah ini cinta?

Oh.. Mungkin aku hanya kagum akan dirinya.

Hatiku berdetak lebih cepat dari biasanya, seolah sebuah rasa mulai meneteskannya pada sebuah cauan yang disediakan.
Kulihat semburan merah terpancar jelas di pipinya cubbynya. Aku tau dia sedang blushing. Mungkin karena aku yang menatapnya terlalu dalam. Terpampang jelas pada wajahnya yang mulai salah tingkah. Dan aku hanya menggaruk tenguk ku yang tak gatal. Sesekali aku mencuri pandangan ke arahnya yang sama juga mencuri padangan kepadaku. Tatkala aku dan Vina tertawa saat pandangan kami bertemu satu sama lain.

Love Secret [ COMPLETED✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang