BROKEN HEART

734 70 1
                                    

Sakit hati itu, bukan hanya tentang melihat orang yang kita sayang pergi bersama orang lain! Tetapi, sakit hati juga tentang kesiapan kita merelakan orang yang kita sayang pergi bersama orang lain.

David

💔💔💔

Dini  melebarkan langkahnya menuju belakang perpustakaan setelah bel istirahat kedua berbunyi nyaring. Tempat paling nyaman ketika ia sedang bersedih.

Langkahnya terhenti ketika sampai di tempat tujuan. Sayu namun pasti, raungan sang hati terdengar jelas. Bahkan sang penglihat pun ikut luruh dengan genangan di pipi. Keputusannya kali ini benar-benar membuatnya rapuh. Ia memilih bersandar pada angan yang telah pupus.

Dilihatnya kenangan yang berkelabat dalam ingatan, seperti di-replay kembali. Perlahan kaki yang kokoh, jatuh mencium harapan. Harapan yang sangat dalam hingga membuatnya tenggelam. Tenggelam oleh rasa yang tak bertepi. Isakan tanpa daya terdengar lirih. Ia menunduk pada kenyataan yang ada.

Ketika ego berkata untuk bangkit, hati malah gencar mencela.

Berdirilah! Tegakan kepalamu. Tutur sang ego.

Kau tahu akan sesakit ini! Kenapa membiarkanku terluka!? Teriak sang hati.

Kenapa menyiksaku dengan menyaksikan kenyataan ini!?

Kenapa menyiksaku dengan terus menyuburkan rasa ini!?

Kenapa mengambil jalan ini!?

Sekarang, puaskah kau!?

Sekarang, senangkah kau!?

Ragamu tidak merasakannya! Tapi aku mati-matian menahannya!

Kau egois!

"Diam!" Sentak Dini pada dirinya sendiri. Ia menyekah air mata yang sedari tadi luruh.

"Gua gak selemah itu. Gua kuat!" ia bangkit dari duduknya. Sampai akhirnya matanya menangkap sosok seseorang yang sangat ia kenali, sedang duduk di bawah pohon besar di sudut belakang perpustakaan.

"Ngapain dia di sini? Katanya sakit, kok malah ke sini bukan UKS?" Gumam Dini.

Perlahan ia mendekat sosok tersebut. Didengarnya suara isakan.

"Dia nangis?" batin Dini menyerngitkan dahinya tak percaya. Ia lebih memilih mematung dan mendengarkan setiap kata yang keluar dari sosok tersebut.

"Dengan semangat lu teriak mau. Padahal hati lu sedang sesak!" ucap sosok tersebut miris.

"Dengan gamblangnya pula, lu ngedukung teman lu jadian sama dia." kali ini diakhiri hembusan kasar dari hidungnya.

"Dan lu lebih milih nyaksiin kenyataannya daripada menghindar. Apa yang lu pikirkan? Dia bakal nolak? Itu di luar prediksi."

"Lu tentu tahu, Indah sudah lama suka sama Bry. Ditembak kek tadi, mana mungkin Indah tolak. Lu aja yang bego dengan mendukung tindakan Bry. Sakit hati 'kan lu?" Ia tersenyum getir.

"David?" Dini menghentikan aksi monolog David. Sosok yang sejak tadi ia lihat.

David menghapus kasar bekas air mata di pipinya.

ES dan BATU  (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now