٦

107K 7.7K 101
                                    

Rumah terlihat sangat sepi ketika kami sampai di rumah. Entah ada dimana semua orang yang ada di sini tadi.

"pada kemana ya mba?" tanya Delia padaku.

"gak tau Non. Mungkin Ibu lagi arisan." jawabku.

Tak lama kemudian aku melihat Non Risa keluar membawa sebuah tas berukuran sedang. Tentu aku terkejut melihatnya. Apa yang terjadi selama aku dan Delia pergi hingga membuat Non Risa membawa tas seperti itu.

"loh Kak? Kok bawa-bawa tas? Mau kemana?" tanya Delia yang langsung menghampiri Non Risa.

"ini loh Dek, Mama masuk Rumah Sakit. Aku bawa baju ganti Mama." jawab Non Risa.

Tentu saja itu bukan hanya membuat Delia terkejut, tetapi aku juga. Tadi keadaan Bu Sandra baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba bisa masuk Rumah Sakit.

"Ya Allah Kak, kok bisa? yaudah aku ikut ya." ucap Delia setelah mendengar penjelasan Non Risa bahwa dia juga tidak tahu jelasnya bagaimana Bu Sandra bisa masuk rumah sakit.

Mereka akhirnya pergi bersama ke rumah sakit. Sementara aku? Tentu saja aku ada di rumah. Aku hanya bisa berdoa semoga Bu Sandra baik-baik saja. Walaupun aku juga khawatir, tapi aku tahu, aku tidak berhak untuk meminta ikut pergi bersama mereka.

Setelah menutup pintu, aku sedikit terkejut dengan adanya Bibi di belakangku. Matanya terlihat sendu. Ada apa lagi ini? Kenapa aku sama sekali tidak tahu apa-apa?

"Bi? Bibi kenapa?" tanyaku pada Bibi.

"Fiza, kamu baik-baik ya di sini nak." ucap Bibi.

"Bi... Kok ngomongnya gitu sih? Jadi Bibi bener-bener mau pulang kampung Bi?" tanyaku.

Aku memang sudah mengetahui kalau Bibi memutuskan untuk pulang kampung dan berhenti bekerja. Tapi saat itu, yang aku tahu Bibi belum yakin akan meninggalkan keluarga ini. Tapi sekarang? Aku rasa Bibi benar-benar akan meninggalkan keluarga ini.

Sementara aku? Aku tidak bisa meninggalkan tempat ini karena aku memang sudah mencari pekerjaan yang berhubungan dengan kuliahku di Jakarta. Itupun juga saran dari Bu Sandra. Belum lagi aku masih banyak sekali hutang budi kepada keluarga ini.

"iya Fiz, Bibi udah gak kuat. Bibi kan udah tua, udah gak bisa dipaksain kerja lagi Fiz. Tadi pas Bibi mau pamitan, Bu Sandra tiba-tiba sakit. Yaudah Bibi nunggu Bu Sandra sampe sembuh aja." jawabnya.

Aku hanya bisa mendukung apapun keputusan Bibi. Sebenarnya rencana ini sudah lama dibicarakan. Bersama Bu Sandra juga. Saat itu Bu Sandra juga tidak menahan Bi Iroh tapi juga tidak melepaskan begitu saja. Mungkin setelah ini, aku akan kehilangan sosok seorang Ibu. Sedih membayangkannya, tapi aku bisa apa?

¤¤¤¤¤¤

Beberapa hari berlalu, dan rencananya hari ini Bu Sandra akan pulang ke rumah. Aku bersyukur Bu Sandra sudah sembuh dan bisa kembali lagi ke rumah. Seperti biasa aku sedang bersih-bersih dan melakukan pekerjaan rumah lain.

Hari ini aku ada panggilan untuk interview. Aku senang sekali ketika mendapat telpon atas panggilan itu. Walaupun aku belum tahu apakah aku akan diterima atau tidak, tapi setidaknya masih ada harapan untuk itu. Sebenarnya aku sedikit merasa tidak enak karena nomor telepon yang kucantumkan adalah nomor telepon rumah ini. Bu Sandra yang mengusulkan itu, karena aku memang tidak memiliki telepon genggam. Aku jadi semakin merasa memiliki hutang budi pada keluarga ini, terutama Bu Sandra. Keluarga ini sangat baik.

Cukup lama aku bersih-bersih dan hampir menyelesaikannya, ada suara deru mobil kudengar. Aku yakin itu Bu Sandra. Tanpa menunggu lama, aku segera menuju ke pintu depan untuk membukakan pintu.

Hafiza (END-COMPLETED) ✔Where stories live. Discover now