٢۰

130K 7.8K 326
                                    

Aku belum bisa tidur lagi sampai sekarang. Saat ini aku sedang memandangi wajah tampan milik seorang lelaki yang sudah tertidur dengan sangat lelap dari tadi di sampingku. Ya, aku benar-benar tidur di kamar Mas Devin. Satu ranjang dengannya hingga hampir tidak ada jarak di antara kami. Lagi-lagi aku tidak percaya kalau hari ini akan datang. Bahkan aku merasa aku belum bisa bangun dari mimpi indahku ini. Yap, aku masih merasa ini semua hanyalah mimpi.

Aku pikir aku harus melepas kerudungku. Mahkota yang selama ini kulindungi agar hanya mahramku saja yang melihatnya, kini suamiku berhak melihatnya. Tapi apa? Aku urung melakukannya. Sejak tadi aku berniat melepas lalu kembali mengenakannya. Aku terlalu takut untuk melakukannya. Aku takut kalau keputusanku itu salah. Akhirnya aku memutuskan tidur dengan masih mengenakan kerudungku.

"Maass.., Mas bangun Mas. Udah subuh." kataku membangunkan Mas Devin.

Sejak tadi aku membangunkannya tapi Mas Devin masih belum bangun juga sampai sekarang. Bahkan aku memutuskan untuk sholat subuh sendiri tanpa menunggunya. Ku pikir dia mungkin masih lelah dan kondisi tubuhnya juga belum vit. Tapi sekarang sudah pukul lima dan Mas Devin belum bangun juga.

"bangun Mas." ucapku lagi.

"hmm.. " jawabnya tanpa membuka mata.

Huft, dia tak bangun juga. Atau aku siapkan dulu pakaian kerjanya? Yah, aku memutuskan untuk beranjak dan berniat menyiapkan pakaian kerja Mas Devin karena dia bilang dia akan mulai berangkat ke kantor hari ini.

"eehh.. ehh.. Fiza.. Fiza.. Mau kemana? Mau ninggalin aku ya? Iya deh aku bangun nih bangun. Kamu mau aku sholat? Iya aku sholat." ucap Mas Devin tiba-tiba terbangun ketika aku akan beranjak.

Aku terkejut karena itu, tiba-tiba saja Mas Devin berkata demikian. Sebenarnya ada apa dengannya? Kenapa semenjak Mas Devin sadar, dia terus saja berkata seperti itu? Ku ingat-ingat aku tidak pernah mengancam untuk pergi kemanapun. Tapi entah kenapa Mas Devin sangat takut seperti itu.

"tapi gimana caranya sholat?" tanya Mas Devin sebelum masuk kamar mandi.

Dan tentu saja itu membuatku semakin terkejut. Apa maksudnya? Mas Devin tidak bisa sholat?

Akhirnya aku mengajari Mas Devin sholat. Dari wudhu hingga berdoa seusai sholat. Hm, ternyata Mas Devin sudah lama meninggalkan ibadah sholat karena terlalu sibuk dengan urusan duniawi. Walaupun begitu, aku mengatakan padanya kalau apapun kesibukan dan kedudukan kita, sholat hukumnya adalah wajib. Jadi kita tidak bisa meninggalkan sholat dengan alasan apapun selama kita masih diberi akal sehat. Sepertinya Mas Devin mendengarkan apa yang aku jelaskan padanya. Tak apa, sedikit demi sedikit aku akan mengajarinya untuk menjalankan ibadahnya lagi.

"Fiza? " ucap Mas Devin yang baru saja menuruni tangga. Aku pun tersenyum membalas sapaannya.

"kamu.. " ucap Mas Devin lagi seperti tak bisa berkata-kata.

Entah sedih, senang atau apa yang terlihat dari ekspresi wajahnya itu. Aku juga ikut tersipu karena pandangannya itu karena dia tak kunjung mengalihkan pandangannya dariku.

"aku pikir kamu berhak liat aku kayak gini Mas." ucapku akhirnya.

Ya, akhirnya aku benar-benar tidak menutup kepalaku dengan hijab lagi di hadapan Mas Devin. Setelah ku pikir sepanjang malam. Apapun yang terjadi dan apapun kemungkinan yang kupikirkan itu, Mas Devin tetap berhak melihatku dalam kondisi apapun. Termasuk aku yang tanpa balutan hijab panjang.

"ehm.. Aku sampe speechless loh liat kamu." ucap Mas Devin.

"Mas bisa aja." jawabku malu-malu.

Mas Devin malah tertawa mendengar jawabanku itu. Entah karena jawabanku atau karena dia tahu kalau aku salah tingkah. Yang jelas aku jadi semakin malu sekarang.

Hafiza (END-COMPLETED) ✔Where stories live. Discover now