Author pov
Semua orang hanya mampu menunduk melihat kemarahan bos mereka. Memang bukan kali ini saja mereka melihatnya. Tapi bos mereka itu memang terbilang diam dan akan marah semarah-marahnya seperti saat ini ketika ada kesalahan yang dilakukan.
"kenapa?! Kenapa semuanya mendadak diam? Hah?! Coba jelasin sama saya apa yang buat kalian gagal? Gaji kalian kurang? Libur kalian kurang?! Iya?!" ucap Dev.
Iya benar, Dev yang sedang ditakuti oleh para karyawan itu. Hari ini Dev harus mau tidak mau menerima kenyataan bahwa perusahaannya sedang mengalami kerugian yang tidak bisa dibilang kecil.
"jawab!" ucapnya lagi karena semua karyawan hanya diam sambil menundukkan kepala mereka.
"kalian tau gak berapa kerugian kita?! Tau nggak?!" lanjutnya lagi.
"pak, saya kira kita bisa lanjutkan ini besok. Bapak harus tenang dulu pak." ucap Radit, Asisten pribadi Dev.
Dev langsung menjatuhkan diri ke atas kursi kebesarannya begitu mendengar perkataan Radit. Dia merasa begitu lelah hari ini karena harus menangani proyek yang cukup besar. Dan harus juga mendengar berita seperti ini di hari yang sama pula.
Radit lalu membubarkan semua karyawannya dan menyuruh mereka semua pulang. Radit tahu semua orang tertekan saat ini karena Dev memarahi mereka habis-habisan sejak tadi.
"kenapa sih Dit harus semuanya bareng-bareng kayak gini. Hah!" ucap Dev menghela napas kasar.
"pak, bapak cuman butuh tenang aja kok pak. Ini bukan pertama kalinya kan pak? Saya yakin kali ini kita juga pasti bisa pak. Lebih baik sekarang bapak pulang dan istirahat. Besok baru kita bahas masalah ini lagi pak." ucap Radit.
Radit memang sudah bekerja cukup lama di perusahaan milik Dev. Dan sudah sejak lama juga menjadi orang kepercayaan Dev.
"kamu pulang duluan aja. Saya masih pengen di sini." ucap Dev.
"baik pak kalau begitu saya permisi. Maaf pak, tapi jangan lama-lama ya pak. Bapak butuh istirahat. Dan, jangan lupa makan pak. Dari tadi siang bapak belum makan." ucap Radit lagi mengingatkan atasannya itu.
"hmm" jawab Dev lemah sambil memejamkan matanya.
Radit memang cukup dekat dengan Dev. Karena suatu alasan Radit menjadi semacam pengabdi di perusahaan Dev. Dia sangat setia dengan bosnya itu. Begitupun Dev, tidak jarang dia meminta pendapat Radit saat akan memutuskan sesuatu. Bahkan saat mengambil keputusan menikah dengan Hafiza karena desakan mamanya.
"Dev di dalem kan?" ucap seorang wanita yang berpapasan dengan Radit saat keluar dari ruang meeting.
"kalo gue jawab engga, emang lo mau percaya?" jawab Radit dingin.
"lo tuh kenapa sih? Heran gue kenapa Dev gak pecat-pecat lo sampe sekarang." balas wanita itu dengan menyilangkan tangan nya ke depan sambil menatap remeh ke arah Radit.
"gue juga heran kenapa Dev gak mutus-mutusin lo." Radit juga tak kalah ketusnya dalam mengatakan itu.
Ya, wanita itu adalah Karin. Bukan hanya keluarga Dev yang tidak suka dengan Karin dan tidak menyetujui hubungan mereka. Tapi Radit juga. Namun jika keluarga Dev sendiri tidak bisa berbuat apa-apa terhadap hubungan mereka. Lalu Radit bisa apa.
"heh! Jangan sembarangan ya kalo ngomong!" ucap Karin marah.
"heh.. Lo juga sembarangan kalo ngomong. Kenapa lo gak trima kalo gue ngomong kenyataan?" balas Radit lagi.
"Dasar cewe gak tau malu. Udah tau Dev punya istri, masih aja gangguin." lanjut Radit sambil berlalu begitu saja yang berhasil membuat Karin kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiza (END-COMPLETED) ✔
General FictionSeorang anak asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin? Hmm.. Inilah cerita dari sepasang suami istri yang menikah karena perjodohan. Perjodohan yang tidak lazim yaitu antara seorang anak asisten rumah tangga dengan...