part 8

38.7K 1.6K 52
                                    

◻️◻️◻️ Happy Reading ◻️◻️◻️

.

Sore itu Yona telah tiba di rumah. Namun, ia kembali melihat kekasih kakaknya di rumah menyambut kedatangannya dengan senyum simpul di wajah cantiknya. Seperti di ketahui, jika Yona amat tidak menyukai Suhyun, hingga wajar rasanya jika ia bahkan seperti tak menganggapnya ada.

"Yona, sudah pulang? Tadi aku membuat cake coklat keju, apa kamu mau mencobanya?" tanya Suhyun dengan semangat yang menggebu.

"Apa kamu benar-benar tidak lelah? Selama tiga tahun, kamu tetap jadi pacar tanpa kepastian dari kak Seokjin. Apa sebenarnya yang kamu cari? Apa yang kamu harapkan dari kak Seokjin?" cecar Yona.

"Kamu tidak akan mengerti jika belum jatuh cinta, Yon."

"Cinta? Yakin karena cinta? Kalau aku jadi kau, maka aku akan memaksa pacarku untuk segera menikahiku. Waktu yang kutempuh bukan sebentar, adalah kebodohan menanti sesuatu yang tidak pasti," ucap Yona. Ia pun berlalu begitu saja meninggalkan Suhyun yang cukup terluka dengan ucapannya.

"Menunggu tanpa kepastian. Aku memang wanita bodoh ... kebodohanku ini telah menghancurkan segalanya, membuatku kehilangan senyumku dulu," gumam Suhyun sambil menitikan air matanya.

3 tahun berlalu. Suhyun hampir setiap hari menghabiskan waktu di rumah itu. Melakukan segala hal untuk membuat Seokjin dan adiknya bahagia dan mau menerimannya. Tanpa kepastian, bahkan hubungan tak layak pun rela ia lakukan demi agar Seokjin tidak meninggalkannya.

.

***

Sore itu, Seokjin kembali lebih awal karena ingin mengerjakan sesuatu di laptopnya yang ada di rumah. Tentu kesempatan ini selalu digunakan Suhyun untuk terus membuat Seokjin betah dan tidak bosan padanya, walau ia tahu bahwa semua ini hanya kebodohan.

"Seokjin, sayang ...."

Suhyun menghampiri sang kekasih yang baru pulang membawa tas kantor. "Biar aku bantu bawa tasmu," ucap Suhyun. Seketika Seokjin terdiam saat menyadari ternyata Suhyun memakai baju sexy dengan warna favorite-nya.

"Aku lelah, bisa beri aku pijatan?" tanya Seokjin dengan nada manja. Mata nakalnya pun tak luput memandang elok bentuk payudara padat nan indah milik sang kekasih.

"Aku akan memberimu pijatan khusus, sampai kamu puas." Senyum simpul yang selalu ditunjukan Suhyun pada Seokjin. Ia sangat bahagia jika Seokjin sudah mulai bermanja padanya, karena memang itu yang ia harapkan. Ketakutan Suhyun akan kehilangan Seokjin, membuatnya rela melakukan apapun agar membuat sang kekasih senang.

Walau jalan yang diambil salah.

Sesampainya di kamar, Suhyun dengan sigap menaruh tas kantor Seokjin di atas meja, dilanjutkan dengan membatu prianya membuka dasi kantornya. Tatapan hasrat seksual yang menggebu dari Seokjin tentu bisa dibaca langsung oleh Suhyun. Bisa dibilang, hubungan intim sudah sangat sering keduanya lakukan.

"Bajumu sangat cocok untukmu," puji Seokjin sambil membelai pipi lembut Suhyun.

"Hanya bajuku yang kamu puji?" tanya Suhyun dengan nada bahagia.

"Tentu tidak, aku memuji semua bagian tubuhmu. Aku ingin menikmatinya," ucap Seokjin yang langsung ambruk di atas kasur tatkala Suhyun menindih tubuh kekarnya. "Aku akan membuatmu, tidak akan berpaling dariku selamanya ...." Disambut ciuman mesra sambil membuka pakaian satu-persatu. Bukan pijatan seperti kebanyakan orang, melainkan obat lelah Seokjin hanya bercinta dengan sang kekasih.

Ketakutan akan kehilangan Seokjin, membuat hubungan ini tampak biasa dan lumrah mereka lakukan bahkan berulang kali tanpa ikatan pernikahan.

.

BRENGSEK! - [TAMAT✓]Where stories live. Discover now