Rachelia-11

75K 5.7K 103
                                    

Hari ini tidak biasanya bagi Vero datang sepagi ini ke sekolah. Entah kenapa?

Dia berjalan di koridor sambil mendengarkan musik lewat earphonenya. Langkah kakinya berjalan untuk menuju ke rooftop sekolah. Saat sudah sampai di rooftop Vero mendudukan dirinya di kursi panjang dekat pintu rooftop.

Dia mengambil rokok serta pematik di saku celananya lalu menghidupkannya dan asap rokok mengepul ke udara.

Akhir-akhir ini Vero selalu memikirkan gadis itu,gadis yang pernah ia renggut kehormatannya. Bukan karena apa Vero memikirkannya,Vero cuma ingin tau siapa gadis itu cuma itu tidak lebih.

Jika gadis itu hamil kenapa dia tidak meminta pertanggung jawaban kepadanya? Itulah yang ada di pikiran Vero.

Dan kalaupun gadis itu tidak hamil kemana gadis itu? Vero yakin gadis itu pasti tinggal tidak jauh dari halte bus yang malam itu ia temui.

Vero bangkit dari duduknya dan membuang rokok yang sedari tadi ia hisap lalu menginjaknya.

Dia berjalan keluar dari rooftop menuju parkiran, sekolah saat ini sudah mulai rame banyak murid yang sudah datang karena sudah mulai siang dan tak terasa Vero menghabiskan waktunya di rooftop selama setengah jam.

Vero masuk ke dalam mobilnya dan keluar dari area sekolah menuju tempat itu, tempat ia menemui gadis itu.

****

Sudah kesekian kalinya Jovian menampar pipi Rachel. Rachel diam tidak melawan hanya air mata yang sekarang ini mewakilinya. Karena Rachel sadar ayahnya pantas melakukan ini semua kepadanya.

"Siapa ayah dari anak itu?"tanya Jovian sambil menunjuk perut Rachel dengan dagunya.

Rachel menggeleng, dia tidak mungkin bilang pada ayahnya bahwa anak yang ada dalam perutnya adalah anak kakak kelasnya di sekolah.

Jovian menggeram marah, dia menampar pipi Rachel sekali lagi dan tamparan yang sekarang sampai membuat sudut bibir Rachel mengeluarkan darah.

"Apa susahnya kamu tinggal ngomong itu anak siapa bilang kepada saya",bentak Jovian.

"Ta-tapi a-aku be-beneran tidak tau yah"

"Bohong,saya tau kamu bohong sekarang bilang siapa ayah dari anak ini"

Rachel tetap diam tidak menjawab ia hanya menunduk dan menangis.

"Kalau kamu tidak mau bilang silahkan kamu keluar dari rumah saya, saya tidak sudi mempunyai anak yang sudah hamil diluar nikah",kata kata pedas dan menyakitkan itu akhirnya keluar dari mulut Jovian.

Jovian, dia melangkah pergi meninggalkan Rachel yang sedang terduduk lemah.

Rachel mengangkat wajahnya melihat ayahnya yang sudah pergi keluar entah kemana. Dan  pertahanan Rachel yang selama ini ia bangun sudah runtuh sekarang.

Rachel dia berusaha berdiri, air matanya tak kunjung berhenti sedari tadi,entah sudah berapa banyak air mata yang sudah Rachel keluarkan.

Rachel masuk ke dalam kamarnya,dia memasukan baju bajunya ke dalam tas,sudah tidak ada pilihan lain lagi. Jika ayahnya ingin Rachel pergi dari sini dan ayahnya akan bahagia jika tidak ada Rachel maka Rachel akan pergi dari rumah ini, rumah yang sudah banyak menyimpan kenangan masa kecilnya dengan almarhum bundanya.

Rachel sudah membereskan barang-barangnya ia keluar dari kamarnya tapi sebelum ia keluar sudah ada Bi Ijah yang dahulu masuk duluan ke kamarnya dan tanpa aba-aba langsung memeluk Rachel.

"Non mau kemana? Jangan pergi dari sini non"mohon Bi Ijah sambil terus menggoyang goyangkan tubuh Rachel.

Rachel tersenyum pedih sejujurnya dari lubuk hatinya yang paling dalam ia juga tidak ingin pergi dari rumah ini, tapi jika ayahnya bahagia karena tidak ada Rachel lagi maka dirinya akan pergi.

"Maafin aku bi tapi aku harus pergi",Rachel tersenyum seolah dia baik-baik saja.

"Terus non Rachel mau tinggal dimana kalo keluar dari rumah ini?"

"Kalo urusan rumah gimana nanti bi, sekarang aku pergi dulu ya, jagain ayah ya bi jika nanti ayah sakit tolong kasih tau aku ya bi. Sekarang aku pergi Assalamualaikum bi",ucap Rachel lalu mencium tangan pembantunya dan memeluknya sebentar.

****

Menurut kalian gimana ceritanya? Nyambung ga? Seru gak?

Jangan lupa Vote dan komen ya,

 RACHELIA [SELESAI] Where stories live. Discover now