The Geek I Love

17.5K 357 18
                                    

Hai, ini versi baru dari Kirana dan Ben, ya. Yang sebelumnya sedikit terlalu vulgar jadi kuputuskan untuk menyimpan bagian paling erotis di versi novel nanti.

Untuk sekarang, selamat membaca,

-------------------

"Ingin menjenguk ibumu?" Robert, dokter yang menangani ibuku bertanya sambil mengulas senyum memikat. Kebetulan sekali kami bertemu di lorong menuju ruang perawatan ibuku saat aku akan menuju ke sana.

Namaku Kirana Atkins, blasteran Amerika-Sunda. Sudah seminggu Mrs. Atkins, ibuku, dirawat karena stroke ringan yang dialaminya. Wanita kesayanganku itu memang sangat tidak tertib dalam pola makannya, membuat ayahku yang jauh lebih disiplin sering mengomel. Meski setelah bertengkar kecil mereka akan kembali berbaikan dan bermesraan hingga membuatku iri.

Aku mengangguk. "Iya," jawabku sambil balas tersenyum kepada Robert. "Bagaimana kondisi ibuku? Apa dia bisa segera pulang?"

Robert mengangguk. "Mrs. Atkins akan segera pulang, tapi kalian harus selalu menjaga dietnya. Dia sangat dilarang makan makanan berkolesterol tinggi. Mengerti?"

Aku mengangguk sambil tersenyum geli. "Mengerti. Apa aku boleh minta bantuanmu?"

"Tentu. Kau hanya perlu menyebutkannya."

"Tolong bilang ibuku apa yang kau katakan barusan kepadaku. Mungkin kalau seorang pria tampan dengan kredibilitas sepertimu yang bicara, dia akan menurut."

Robert tertawa. "Baiklah, aku akan bicara kepadanya. Kau mau kutemani sekarang?"

"Yups, terima kasih, Robert."

"Bukan masalah, Rana. Kau tahu, aku akan melakukan apa pun yang kau minta."

Apa maksudnya itu? Aku tertawa. "Kau bisa saja."

Robert hanya tersenyum simpul. Dia meletakkan tangannya di punggungku, mengarahkanku dengan sopan ke ruang Ibu dirawat. Entah kenapa aku jadi canggung karenanya. Apalagi saat beberapa pasang mata menatapku dengan sorot menusuk.

Hmm ... apa salahku?

***

"Rana!"

Robert berlari kecil menghampiriku, mengabaikan tatapan ingin tahu beberapa orang yang ada di situ saat sosoknya yang sempurna terlihat hanya menujukan fokusnya kepadaku.

Sial, setelah ini aku pasti akan menjadi musuh bersama para pengagum dokter tampan yang jadi pujaan banyak wanita ini. Atau pria juga?

"Hai ... kau langsung pulang?" tanyanya saat sudah berdiri berhadapan denganku. Senyum sejuta watt-nya terulas memesona.

Aku mengangguk. "Yups."

"Uhm ... ada waktu nanti malam? Aku harap bisa keluar denganmu."

Aku langsung meringis penuh sesal. "Maaf, nanti malam aku ada liputan di sisi lain kota. Kebetulan sumber beritaku hanya bisa menyediakan waktu wawancara nanti malam."

"Oh." Dia terlihat kecewa. "Mungkin ... lain kali?"

Aku mengangguk. "Boleh."

Dia kembali mengulas senyum. "Kirimkan pesan kalau kau sudah punya waktu?"

Lagi-lagi aku hanya bisa mengangguk.

Dengan senyum melebar dia menepuk pelan lengan atasku, lalu berbalik dan pergi. Meninggalkanku yang termangu sendiri. Memutar tubuhku, aku mulai melangkah menyusuri jalan setapak rumah sakit, menuju ke jalan raya untuk menunggu bus. Dalam hati sedikit mengeluh.

My Hidden DesiresWhere stories live. Discover now