Part 7

3.7K 185 9
                                    

Sampai di area kampus, memang banyak pasang mata yang menatap Aleeza dengan sorot tak suka.

Fakultas mereka berbeda, jadi Zero dan Aleeza berpisah di lorong depan. Zero bergabung dengan teman temannya, sebelum itu Zero berpamit dan mengacak pelan rambut Aleeza.

"Nanti gue jemput ke kelas" Ucapnya.

Aleeza berjalan pelan, seperti biasa. Tak mau menatap ke sekitar karena ia tahu pasti senior seniornya menatap ke arah Aleeza dengan sorot tak suka, di tambah lagi. Akhir akhir ini Aleeza selalu berangkat dan pulang oleh Zero, lelaki dengan sejuta ketampanan di wajahnya. Yang membuat hampir seluruh mahasiswi jatuh cinta.

Tiba tiba Aleeza menabrak seseorang, Aleeza cepat cepat mendongak. Lalu menatap takut orang yang ia tabrak tersebut.

Orang yang ia tabrak sudah melipat kedua tangannya didepan dada.

"Lo buta?!" Ucap sang korban. Nita, yap. Aleeza menabraknya tadi, itupun tak sengaja.

"Ma- maaf" Ucap Aleeza.

"Gak sudi gue maafin lo!" Ucap Nita.

"Heh! Ibu lo pake pelet apa sih?! Sampe ayah gue tertarik sama jalang modelan kayak ibu lo!" Ucap Nita.

Aleeza masih sabar.

"Ngomong, jangan diem aja! Lo tuh sama kayak ibu lo, sama sam ape rebut kebahagiaan orang!" Ucap Nita sambil menjambak rambut belakang Aleeza, agar Aleeza mendongak.

Aleeza menahan air matanya, biarlah ia dihina asal jangan sangkut pautkan dengan ibunya yang tak mempunyai salah apa apa.

"Gue udah peringatan lo! Mamah gue kemarin depresi, hampir bunuh diri. Itu semua gara gara lo dan ibu lo si jala-" Ucapan Nita terpotong karena satu tepisan yang menyingkirkan tangannya.

"Ze- Zero?" Ucap Nita gelagapan.

"Harus berapa kali gue bilang, dia gak salah apa apa. Kalo lo mau bicara soal keluarga, bicarain baik baik. Dan gak di tempat umum," Ucap Zero.

Lalu Zero menarik tangan Aleeza. Aleeza hanya mengikuti arah langkah Zero tanpa mendongak.

Sementara ketiga teman Zero menatap tajam ke arah Anita.

"Gak adil namanya" Ucap Tio.

"Ya elah nit, yang punya masalah itu ibunya Liza bukan dia" Sambung Romano.

"Bubar lo semua!" Usir Hans agar gerumpulan yang sedang menontonnya kembali menjalankan aktivitasnya lagi.

***
Zero membawa Aleeza ke taman belakang kampus, Aleeza lagi lagi masih setia menunduk, sampai akhirnya Zero mulai membuka suara.

"Dongak, ga ada duit di bawah" Ucap Zero.

Lalu perlahan Aleeza mulai mendongak, menatap mata Zero. Didalam sorot tersebut, terdapat sorot amarah yang terpendam.

Zero menghela nafas.

"Kenapa lo gak lawan?" Tanya Zero.

Aleeza mengalihkan pandangannya, kemana saja asal jangan menatap mata milik Zero.

Zero menarik dagu Aleeza agar menatapnya.

"Gue ngomong sama lo" Ucap Zero.

"A- aku takut" Ucap Aleeza.

"Why?"

"Aku gak sekuat mereka kak, aku takut mereka malah semakin benci aku. Aku mau hidup tenang kak, aku gak mau mereka terus benci aku" Ucap Aleeza.

Zero paham betul apa yang di maksud oleh Aleeza, Zero mendorong tubuh Aleeza agar masuk dalam pelukannya, Aleeza tak menolak. Ia malah membalas pelukan tersebut, Zero menarik sudut bibirnya.

"Kalo gitu jadi pacar gue Za," Ucap Zero.

Tubuh Aleeza menegang.

"Gue serius Za, gue serius tentang ini. Gue cinta lo Za." Ucap Zero yakin.

Perlahan, pelukan itu terlepas. Aleeza mendongak, menatap Zero.

"Ma- maaf kak aku gak—" Lagi lagi ucapan Aleeza terhenti saat sebuah benda kenyal menempel di atas bibir Aleeza, bibir mereka bertemu.

Zero melepasnya tautan tersebut lalu menatap inci mata Aleeza.

"Jadi cewek gue" Ucap Zero.

Aleeza tersenyum, lalu memeluk Zero dengan erat.

"Aku sayang kakak" Ucap Aleeza.

"Heh! Astagfirullah jelema" Ucap Hans tiba tiba datang. Ah temannya ini sangat mengganggu momen nya dengan pacar barunya ini.

"Sia nya, pelukan we. Ieu teh kampus" Sambung Hans.

"Berisik teing si Hans teh" Ucap Romano.

"Mon maap atuh" Ucap Hans.

"Masuk kelas, dosen bentar lagi masuk ke kelas" Ucap Tio.

"Tau, jangan pacaran mulu!" Ucap Hans.

"Iri lo?" Tanya Zero dengan kekehan.

"Enak aja! Gini gini gue banyak yang ngantri" Ucap Hans, sombong..

"Terserah lo aja Hans" Ucap Zero malas.

"Gue anter Aleeza ke kelasnya, kalian duluan aja" Ucap Zero, lalu di angguki ketiganya.

Zero memang betul betul mengantar Aleeza ke kelasnya, kali ini tidak akan ada yang bisa mengganggu hubungan mereka, mereka memang tidak saling sempurna. Tapi kekurangan mereka bisa saling melengkapi satu sama lain.

Dan Zero pastikan ia akan bahagia bersama dengan Aleeza selama lamanya

Maaf dikit part nya..

Gimana part ini? Semoga suka..

Next? Spam komen and vote..

Jangan lupa follow instagram author

@_nbilla26

Dan jangan lupa follow AKUN ROLLEPLAYER FAT-ARA:

@storyfatara
@fathan_gardien
@zhrasyeila_

Makasih guys, see you di next part.

AL - ZERO (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang