Aleeza sekarang berada di toilet kampus, ia mencuci wajahnya dan menatap cermin di depannya.
Perkataan gadis tadi masih saja terngiang - ngiang di kepalanya, bagaimana gadis tersebut mengaku sebagai pacar Zero.
"Apa kak Al punya pacar lagi?" ujar Aleeza sambil menatap cermin.
Jika dia adalah pacar baru Zero, kenapa Aleeza masih dengannya? Kenapa tidak di enggak di putusin saja? Pertanyaan itu kembali muncul.
Aleeza berpikir secara logika. Jika ia memang pacar Zero, untuk apa Zero menjadikannya pacar? Tapi jika itu hanya teman, kenapa bisa mengaku sebagai pacar?.
Aleeza sudah mulai pusing memikirkan ini, jadi ia mengambil keputusan dengan menanyakan ini nanti pada Zero.
Zero sedang berjalan bersama kelima sahabatnya, kali ini memang ia harus berenam, banyak tatapan yang menatap Kyla tak suka, terlebih saat melihat Kyla yang berjalan sangat dekat dengan Zero dan Tio.
"Ini pada kenapa sih?" Tanya Kyla menoleh ke arah Tio.
"Ya elah Kyl, udah biasa. Zero sama Tio itu kan top one nya di sini, jadi ya lu jalan di samping dia pasti begitu semua, apa lagi yang cewek" ujar Hans.
"Alay" tukas Aaron.
Kyla kembali menoleh saat paham arti tatapan dari hampir seluruh siswi di kampus ini, lalu matanya tersorot pada gadis yang sedang berjalan ke arahnya.
"Aneta!" Panggil Kyla, sontak yang di panggil pun menoleh, lalu membulatkan matanya.
"Kyla?!" Pekik Aneta.
Kyla lari, begitupun Aneta. Mereka berpelukan, pelukan kangen katanya mah, setelah rasa cukup lalu mereka saling tatap.
"Ih kangen banget sama lo" ujar Kyla.
"Lo fikir gue enggak?" Ujar Aneta, lalu Kyla hanya tertawa kecil.
Dari jauh Hans menggeleng heran.
"Emang begitu ya cewek?" Tanya Hans heran, masalahnya Aneta dan Kyla sangat heboh barusan.
"Namanya juga udah lama gak ketemu" ujar Zero.
"Gua gak ketemu si Aaron Lama gak gitu Ro" ujar Tio.
"Beda lah dongo!" Ujar Romano sambil menoyor kepala Tio.
"Eh iya! Lo gak temuin Liza?" Tanya Hans sambil menepuk pundak Zero.
***
Di taman, memang bosan. Itulah yang di lakukan Aleeza sekarang, setelah mendapat pesan dari Zero untuk menunggu di taman kampus, Aleeza langsung menuju kesana.Sudah tiga puluh lima menit menunggu, memang bosan. Tapi itu tak menjadi alasan untuk tak menunggu Zero lebih lama.
Tak lama, terdengar suara kaki sedang berlari, yang Aleeza yakin itu adalah Zero.
Dan benar, dia adalah lelaki yang di tunggu sedari beberapa puluh menit lalu oleh Aleeza, akhirnya datang, tapi dengan nafas yang memburu.
"Maaf telat" ujar Zero.
Aleeza tersenyum manis, "gak papa kok kak" ujar Aleeza.
"Duduk dulu" sambung Aleeza.
Zero mengangguk lalu duduk di bangku coklat panjang, di samping Aleeza.
"Maaf gue gak jemput atau Kabarin lo" ujar Zero.
"Gak papa"
Lalu hening, tak ada obrolan, sebenarnya Aleeza memang ingin menanyakan perihal itu, tapi kenapa rasanya seperti tak enak.
"Ada yang aku mau tanya ke kakak" ujar Aleeza gugup.
Zero menoleh. "Apa?" Ujarnya.
"Ce- cewek yang tadi sama kakak itu siapa?" Tanya Aleeza.
Zero mengerutkan keningnya, cewek? Siapa?
"Kyla?" Tanya Zero.
"Aku gak tau namanya"
"Dia Temen gue, Temen kecil gue dari baru lahir. Dia baru balik dari Amerika dan menetap disini" ujar Aleeza.
Aleeza terdiam, tapi tadi dia bilang kak Al itu pacar.
"Gue gak sempet kasih tau lo, maaf. Tapi gue tau lo cemburu" ujar Zero menggoda.
Aleeza menoleh lalu menepuk lengan Zero, "apaan sih kak!" Ujarnya malu.
"Tapi bener kan?" Tanya Zero.
Baru ingin menjawab, ponsel Zero malah berdering, dan langsung Zero menerogoh kantung celananya dan menggeser tombol hijau.
"Halo"
"..."
"Gue kesana sekarang" ujar Zero lalu menutup teleponnya.
"Kenapa kak?" Tanya Aleeza.
"Kyla mag nya kambuh, gue harus kesana, nanti gue Kabarin lagi ya Za, maaf" ujar Zero, dan tanpa menunggu persetujuan dari Aleeza ia langsung berlari.
Aleeza membuang nafas, ia harus mengerti dengan keadaan ini. Teman kecil Zero kembali, bagaimana pun itu adalah teman Zero, manusia yang selalu ada sebelum Aleeza berada di hidup Zero.
Lalu Aleeza tersenyum manis, dan mengambil tasnya dan segera pergi dari taman menuju gerbang untuk pulang.
Siang ini pulang tanpa supir, mamahnya juga tadi sudah bilang. Jadi ia akan menaik taxi, sebenarnya Aleeza agak sedikit tidak enak saat menaiki taxi, karena memang terbiasa di jemput oleh supir atau di antar pulang oleh Zero. Tapi tak apa, sekali lagi. Iya harus mengerti situasi.
Segitu dulu, maaf pendek
Suka gak?
Maaf jarang up, aku bakal sering up disini kayaknya di banding LIMERENCE, karena aku emang mau selesaikan ini dulu baru LIMERENCE.
Soo, jangan bosen baca cerita billa, tetep enjoy. Bagi kalian yang mau masuk grup chat FAT- ARA di Whattsap sabar ya, aku lagi cari orang untuk peranin Fathan dan yang lain.
Oh iya, aku juga pernah bilang kan kalo cerita ini non fiksi? Emang bener kok guys, cerita AL - ZERO ini emang non fiksi, kejadian ini 89% nyata.
Apalagi nanti pas ending, itu bener - bener nyata dan pernah kejadian di dunia nyata ya..
Nanti aku ceritain deh kenapa aku buat cerita AL - ZERO. Oh iya, kalian staysafe ya, jangan keluar rumah guys🥺🥺 kalian pokoknya spam komen "LANJUT" nanti aku bakal up banyak.
Maaf banyak bacot🙂
Salam sayang dari saya, istri sah satu - satunya Do Kyungsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - ZERO (selesai)
Teen FictionZero, itulah panggilan dari sekian banyak orang yang mengenalnya. Berbeda dengan Aleeza yang memanggilnya Al atau lebih tepatnya Kak Al. Al- Zero Gibran Gardien, anak dari Fathan Dan ara. Lelaki dengan penuh prestasinya, dan ketampanan yang dimiliki...