Memulai

1.8K 197 34
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat:)

Happy Reading

***

Seminggu telah berlalu semenjak Seulgi jujur semuanya pada Jimin dan apa yang ditakutkan oleh Irene akan perceraian tidak terjadi. Ya bisa dikatakan belum terjadi karena mengingat keluarga Jimin yang sama sekali belum mengetahui cerita dibalik semua kondisi nenek. Bukannya tidak berani bercerita, Seulgi hanya menunggu waktu yang tepat saja untuk menjelaskan dan mungkin setelah hari ini Seulgi akan siap menceritakan semuanya tidak perlu lagi menunggu tiga bulan sampai kondisi nenek membaik baru ia akan menceritakan. Sesuai yang telah ia bicarakan dengan Jimin, lebih cepat Seulgi jujur maka semuanya akan menjadi lebih baik.

"Semuanya sudah siap?"

"Ne dokter Park."

Seulgi menarik nafas, mengatur tingkat gugup yang luar biasa menggerayangi dirinya menjelang tiga puluh menit operasi nenek yang akan dilaksanakan. Untuk pertama kalinya Seulgi merasakan gugup saat akan menjalankan operasi, entah kenapa dan ia juga tidak tahu ya mungkin karena yang dioperasi kali ini adalah keluarganya sendiri.

"Aku percaya padamu dokter Bae." menepuk pelan pundak Irene dan memberikan senyum terbaik untuk sahabatnya yang juga tak kalah gugup.

"Hari ini dokter Bae yang akan menjadi kepala operasi untuk operasi hari ini, jadi ku harap kalian bisa bekerja sama dengan baik."

Semua yang ada diruangan tim HPB 1 itu mengangguk.

"Kalian bersiaplah, dan untuk kalian yang tidak ikut menjadi bagian dalam operasi bisa ikut denganku."

Seulgi berjalan keluar ruangan tim HPB 1 dengan tiga dokter satu timnya, berjalan menuju ruang rawat nenek guna mengecek kondisi sekali lagi sebelum benar-benar dipindahkan kedalam ruang operasi.

Cklek

Mata Seulgi pertama kali menatap mama yang mengelus pelan punggung tangan nenek dengan air mata yang mengalir. Seulgi berjalan mendekat diikuti oleh tiga rekan satu timnya membuat papa, mama, Joy, dan juga Jimin menoleh ke arah mereka.

"Operasi nenek sudah akan dimulai ya?"

"Iya ma, dan sekarang nenek sudah harus dibawa ke ruang operasi."

Mama dengan pelan melepas tangan nenek, membiarkan para dokter menjalankan tugasnya termasuk sang menantu yang ikut serta. Mama menggenggam erat tangan papa, rasa khawatir tentu saja tengah mama rasakan saat ini.

"Kondisi pasien baik-baik saja, pindahkan ke ruang operasi."

"Baik."

Ranjang rawat nenek didorong pelan keluar dari ruang rawat, meninggalkan Seulgi dan keluarga Park didalam ruangan. Langkah Seulgi mendekati mama, menggenggam erat kedua telapak tangan sang mertua, berusaha menangkan mama jika operasi akan berjalan lancar.

"Ayo ma, kita juga beri dukungan untuk nenek agar kuat selama operasi berlangsung."

"Terimakasih sayang."

Kepala Seulgi menggeleng.

"Jangan mengucapkan kata terimakasih terus ma, Seulgi hanya menjalankan tugas dan kewajiba Seulgi sebagai seorang dokter."

"Tidak mama akan tetap berterimakasih, jika tidak diperiksa lebih lanjut mungkin keadaan nenek yang sebenarnya tidak akan pernah mama dan yang lain ketahui."

"Ma, Seulgi sebenarnya..."

"Ah ayo sebaiknya kita susul nenek sekarang, bicaranya nanti saja."

Jimin memeluk pinggang istrinya dan menatap mama dengan senyum.

"Benar juga, ayo ma, Joy." papa berbicara dan langsung menuntun mama keluar dari ruangan diikuti oleh Joy.

COMEWhere stories live. Discover now