Sembilan Belas

5.2K 359 14
                                    

"Kamu harus jujur sama aku, kenapa bisa dapat kain batik kembar kaya punyaku?!" Saka terkekeh.

"Dari Aya, dia ngajak kamu beli kain batik itu biar bisa sarimbitan sama aku. Bukan kembaran sama dia."

"Kalian ngerencanain semua itu?!" Eca bersungut-sungut merasa dibodohi.

"Cuma tentang kain batik ini aja Ca, nggak ada rencana lain, serius deh."

"Kita perlu beli seragam buat pertemuan dua keluarga besok." Eca melotot.

"Nggak usah, kamu berlebihan banget sih. Besok anggap aja kita makan malam bersama, belum resmi lamaran kan."

"Diseragam biar lebih kompak Ca," Ujar Saka.

"No! Kita pake dress code warna baju aja. Aku pikir lebih bagus daripada beli seragam! Kaya mau sekolah, heran."

Saka menghela nafas.

"Asal jangan pink, ungu sama Oren." Eca tertawa pelan mendengar syarat yang Saka ajukan. Ketiga warna itu memang sangat tidak disukai Saka.

"Emm, gimana kalo coklat muda atau krem." Eca memberi opsi.

"Boleh deh, besok aku bilang sama papa dan tante Mira."

Masalah selesai.

_______________

Waktu maghrib sudah berlalu, Eca sekeluarga keluar dari ruang sholat. Sudah menjadi kegiatan rutin di keluarga itu untuk melaksanakan Sholat berjamaah di rumah. Kecuali ada salah satu yang lembur kerja, atau Aya di kost.

Kebetulan, demi menyukseskan acara makan malam bersama dengan keluarga Saka, Aya rela pulang ke rumah. Mahesa tidak lembur, Eca masuk setengah hari dan Sani tidak menerima pesanan.

"Ca, kamu siap-siap di kamar aja. Makanannya biar mama sama bi Tinah yang susun." Ucap Sani.

"Apa lagi yang perlu disiapin sih Ma, Eca kurang cantik ya? Apa dandanan Eca kurang maksimal?" Aya terkekeh.

"Siapin mental gitu!" Celetuk si bungsu, membuat Eca mendengus.

Ketiganya asyik bergurau di meja makan sambil mempersiapkan jamuan makan malam.

"Papa?" Panggil Eca, Mahesa yang tengah duduk di ruang keluarga menoleh sekilas.

"Papa kenapa sih diem aja?" Tanya Eca pelan.

Mahesa menghela nafas pelan. Sejak semalam, saat Eca mengutarakan rencananya. Hanya Mahesa yang menunjukkan raut wajah resah.

"Papa cuma heran aja, kamu tiba-tiba bawa kabar mau dilamar." Ucapnya.

"Papa kamu itu, sejak semalam nggak bisa tidur Ca. Deg-degan mungkin anak sulungnya mau dipinang." Seru Sani.

Mahesa tertawa pelan.

"Saking bahagianya mungkin Ca, perasaan baru sebulan lalu papa tanya tentang calon kamu, dan kamu sendiri bilang belum mau menikah bahkan tidak masalah dilangkahi Aya. Eh sekarang bawa kabar akan dilamar dan segera menikah dengan Saka. Tidak ada hal lain yang kalian sembunyikan dari papa sayang?" Raut wajah Mahesa semakin sendu.

Eca mengambil tangan kanan Mahesa lalu mengusapnya pelan.

"Papa percaya kan, Saka orang baik?" Mahesa mengangguk mantab.

The Best Man Ever!Where stories live. Discover now