G-320

184 40 7
                                    

Bumi dan relasinya

.

.

.

[Papa Kale]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Papa Kale]

"Kalau kamu mau tahu, sampai sekarang, Mama masih sayang sama Papamu, Bum." tutur Pelangi begitu Bumi menemaninya berkeliling rumah sakit sore ini. Bibirnya mengulas senyum indah, menutupi usianya yang mulai termakan waktu.

"Sebagai sahabatnya." lanjut Pelangi tak membiarkan pertanyaan bertubi-tubi muncul dalam kepala anaknya.

Bumi tak tahu harus merasa bahagia atau nggak ketika mendengarnya. Namun melihat bagaimana mata ibunya yang berbinar seolah bernostalgia, rasanya membuat hatinya yang gelisah mendadak tersapu damai.

"Kamu ingat kan, awal Mama ketemu Papamu tuh gimana?" tanya Pelangi sembari mendongak. Bumi menunduk, mengangguk mengiyakan. "Gimana emangnya?"

"Dulu ya, Bum, Papamu ini vokalis paling beken sejagat anak muda. Punya basis penggemar paling loyal sedunia. Makanya, Mama tuh tergila-gila sama Papa." suara renyah lelaki itu kembali terngiang setelah disimpan memori sekian tahun lamanya. Membiarkan Revolusi Bumi tersenyum begitu saja.

"Cuma yang Mamamu nggak tahu, alasan Papa jadi vokalis ya karena dia juga. Hobinya yang suka menyetel lagu bawaan orang bikin Papa mau jadi salah satu orang yang suaranya dia dengar tanpa bosan." tutur Kale beberapa tahun lalu sembari memainkan rambut anaknya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar sambil menerawang masa lalu. Indah sekali rasanya.

Bumi kembali ke masa ini, menatap ibunya hangat sebelum menjawab.

"Mama jadi penggemar nomer satunya Papa, kan? Vokalis paling populer. Cowok paling baik sedunia. Paling ganteng juga. Suaranya teduh, kalau kata penggemarnya Langit, namanya apa ya itu----ubin masjid."

Pelangi tertawa. "Iya bener, suara Papa Kale itu emang adem banget. Bener kata penggemarnya Langit, mirip ubin masjid."

Wanita pertengahan empat puluh tahunan itu terkekeh. Berakhir menarik napas pelan. Tersenyum lagi mengenang masa lalu. "Dulu tuh ya, kayaknya Papa diem aja, ganteng banget, Bum. Kalo senyum, walaupun bukan buat Mama, rasanya bikin hati dag-dig-dug nggak karuan."

Bumi tersenyum.

"Makanya waktu Papamu tiba-tiba dateng, nanya lagu kesukaan Mama natrus dihari berikutnya nyanyiin lagu itu, Mama seneng setengah mati. Istilah gaulnya apa ya---oh, pacarnya Titan bilang---bucin! Iya, sebucin itu Mama sama Papa kamu!"

Disini Saja, Ada Aku ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang