G-335

286 37 11
                                    

Orion

.

.

.

Yogyakarta, 2020

Aries sedang memisahkan diri dari Nebula karena gadis itu sedang berbicara dengan kakaknya perihal oleh-oleh khusus untuk lelaki itu dan bertukar kabar masing-masing. Ia keluar dari hotel setelah mendapatkan izin dari wali kelasnya dengan alasan makan di angkringan depan. Meskipun tak bilang mau menyusul Mars dan yang lain di sana.

Ia menarik napas sesaat ketika udara dingin menyapanya, menusuk-nusuk kulitnya ketika dia menunggu waktu menyeberang jalan.

"Ayo."

Aries menoleh, mendapati Bintang Kejora yang tengah mengajaknya sembari serius melihat keadaan sebelum menyeberang sembari menggenggam tangan Aries hati-hati.

"Terima kasih, Bintang." Aries berujar tulus sementara temannya tersenyum tenang. "Nggak pa-pa aku juga mau ke minimarket. Mau beli koyo, teman sekamar aku ada yang sakit."

"Ah." Aries mengerjap. "Kemarin aku dengar Langit juga masuk angin. Mars bilang dia kesusahan mengeroki punggung lelaki itu karena Langit nggak bisa diam." Aries menyengir begitu bercerita. "Mungkin teman kamu butuh dikerok juga."

"Dikerok?" Bintang bertanya bingung sebelum cepat-cepat menambahkan dengan malu saat Aries mau menjelaskan apa artinya dikerok kepadanya sekarang. "A-aku tahu. Tapi aku belum pernah melakukannya. Apa susah?"

Aries tergelak gemas, "Kamu harus bertanya kepada Mars kalau begitu. Dia rajanya."

Bintang melirik area angkringan yang penuh sebelum menjilat bibir bawahnya. "Mungkin lain kali, sekarang aku bakal belajar dari internet dulu."

"Aries disini!"

Mars barteriak sembari bertepuk tangan, persis seperti memanggil abang tukang bakso dengan gerobaknya. Aries menghela napas. "Iya sebentar!"

Bintang tersenyum, lalu menepuk bahu Aries membiarkan gadis itu berujar tulus. "Kalau kamu mau bergabung, datang aja ya?"

Bintang cuma mengangguk sebelum dia memdorong pintu minimarket dan masuk.

Ia berjalan menuju rak obat, berusaha mencari koyo sebelum menemukannya satu di atas sana. Jemarinya terangkat untuk meraih, namun tangan panjang itu menghentikannya lebih dulu.

"Nah, ketemu."

Bintang mendelik, ia berbalik menghadap orang itu sebelum terhuyung ketika tubuhnya terlalu dekat. "Itu punya saya!"

"Apanya?" lelaki itu bertanya bingung, lalu melirik jemarinya. "Koyo? Enak aja! Saya duluan yang ambil, mbak!"

"Mas nggak lihat apa saya tadi mau ngambil tapi dicolong duluan sama Mas?" tanya Bintang kesal. Sementara lelaki itu mengatupkan bibirnya. "Tapi sekarang kan udah sama saya."

"Saya butuh mbak, adek saya bakal ngamuk kalo saya balik lagi nggak bawa koyo!"

"Temen saya juga butuh!"

Disini Saja, Ada Aku ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang