Bab 36 - Panggung Hara

504 97 4
                                    

Pecah. Panggung itu pecah. Telinga Risa sampai berdenging karena semua orang menjerit histeris mendengar Hara akan menyanyi. Bahkan para fotografer di sekitar Risa saling tukar pandang. "Memangnya dia bisa nyanyi?" salah satu dari mereka bertanya-tanya.

Risa sendiri sangsi soal itu. Hara selalu memendam suaranya. Kakak bimbingannya itu cuma bersuara seperlunya, itu pun dengan nada yang rendah. Sekalinya meninggi, pasti untuk meneriaki dirinya atau Aksa. Jadi, saat Gill bilang Hara mau bernyanyi di depan semua penggemarnya, Risa bingung harus berekspektasi bagaimana.

"Mau nyanyi apa, Hara?"

Gill menyodorkan mikrofonnya ke depan Hara, tapi dengan kesal Hara mendorong benda itu menjauh lagi. "Lo mau ngerjain gue?"

Tawa geli Gill menggema, diiringi sebuah pernyataan dosa yang membuat semua penonton ikut tertawa. "Ada 2 hal yang terancam di sini. Pertama, posisi gue sebagai vokalis. Kedua, nyawa gue. Jadi, kalau habis ini gue mati, kalian tahu siapa yang bunuh gue."

"Mending si Gill nggak masuk sekolah dulu deh, paling nggak sampai seminggu," canda Reo pada Oryza di belakang Risa. Saran yang sama yang ia berikan pada Risa di hari pertama tahun ajaran baru, ketika Risa menghujani Hara dengan kuah sup. Diam-diam Risa komat-kamit memohon perlindungan untuk Gill. Semoga nyawanya diampuni Hara.

"Tapi serius deh. Gue juga kaget pas nggak sengaja denger suara Hara. Waktu itu lagi outing, trus Hara sembunyi buat akustikan sendiri. 'Lah, ini anak bisa nyanyi?' Tapi gue diem aja. Soalnya kalau gue kasih tau anak-anak Soultrap yang lain, gue pasti lengser dari posisi vokalis." Gill meledek dirinya sendiri. "Anyway, waktu dan tempat saya persilakan buat Bapak Hara."

Hara tersenyum kecut melihat Gill membungkuk ala pelayan dan menyerahkan seutuhnya cahaya lampu sorot pada Hara. Kelihatan agak canggung, Hara menyerahkan bass-nya pada seorang pemain tambahan. Bukan anak Litarda sepertinya. Risa tak pernah melihat rambut keriting dan hidung pesek cowok itu.

Gill sendiri mundur, berdiri di samping Topan mengambil posisi keyboard yang tadi kosong. Diam-diam mereka bertiga puas cekikan di belakang punggung Hara. Sepertinya seisi band memang berkomplot menjebak Hara.

"Gue nyanyi apa dong?" Hara terdengar panik.

Tawa mereka langsung lenyap, Hara tiba-tiba menoleh. "Ya apa kek! 'Burung Kakatua' juga boleh!" balas Topan.

Topan lupa mikrofon masih bertengger di depan bibirnya sehingga semua orang bisa mendengar jawaban konyolnya barusan. Lagi-lagi semua penonton tertawa. Sakti yang tidak bisa berkutik dari belakang drum, hanya ikut tergelak dan memberi efek bunyi drum 'badummm-tss!' seperti acara-acara talkshow komedi.

Hara mendekati mereka. Diskusi kembali terjadi, kali ini lebih singkat. Setelah seisi panggung mengangguk setuju, Hara kembali pada posisi barunya sebagai seorang vokalis. Alunan keyboard Gill memimpin di awal. Melodi ini begitu familiar di telinga Risa. Ini adalah salah satu lagu favorit Hara dan sering menemani perjalanan mereka ke sekolah. Kalau tidak salah judulnya "Uchiage Hanabi" oleh DAOKO dan Kenshi Yonezu.

Selama musik pembuka mengalun, Hara mencoba menyisir seisi area dengan kedua matanya. Ia mencengkeram mikrofon di hadapannya dengan erat. Jakunnya berkedut.

Risa belum pernah melihat Hara segugup itu. Ia bahkan tidak tahu cowok itu masih punya urat gugup. Selama ini sosok Hara selalu terlihat keren, berwibawa dan tidak pernah salah membawa diri di hadapan semua orang.

Kemudian pandangan Hara mendarat pada Risa. Dari jarak itu, Risa sadar suaranya tidak akan terdengar. Maka, terlintas di pikirannya, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan. Ia menjulurkan tangan kanannya, membuat jari telunjuk dan ibu jarinya menempel diiringi sebuah cengiran lebar. Semoga Hara tidak salah terka isyarat itu sebagai minta duit, seperti tempo hari.

Berhasil!

Genggaman Hara pada mikrofon sedikit mengendur, lebih rileks. Pandangannya melunak dan ia menyempatkan menyunggingkan sebuah senyum samar pada Risa. Sekarang giliran Risa yang tegang. Suara vokalis wanita dalam lagu ini sangat tinggi. Apa yang akan Hara lakukan untuk menyelaraskannya dengan suaranya?

あの日見渡した渚を 今も思い出すんだ

砂の上に刻んだ言葉 君の後ろ姿

Ano hi miwatashita nagisa o ima mo omoidasunda

Suna no ue ni kizanda kotoba kimi no ushiro sugata

Hara tidak bernyanyi dengan nada tinggi melengking seperti suara vokalis wanita asli lagu itu. Ia berhasil menyanyikannya dengan karakter vokalnya sendiri.

Seisi penonton bersorak begitu Hara melantunkan dua baris lirik pertama. Kecuali anak-anak Litarda yang tertegun, kehilangan kata-kata, termasuk Risa. Tak ada dari mereka yang menyangka Ketua OSIS mereka yang jutek itu menyimpan rahasia suara yang begitu merdu dan lembut. Ini ... masih Hara Dhana yang sama dengan yang mereka temui setiap hari di sekolah, 'kan?

Bagian reff yang dinanti-nanti dari lagu itu pun tiba.

パッと光って咲いた 花火を見ていた

きっとまだ 終わらない夏が

曖昧な心を 解かして繋いだ

この夜が 続いて欲しかった

Patto hikatte saita hanabi o mite ita

Kitto mada owaranai natsu ga

Aimai na kokoro o tokashite tsunaida

Kono yoru ga tsuzuite hoshikatta

(Kita menyaksikan kembang api bercahaya mekar seketika

Ku yakin musim panas yang masih belum berakhir

Akan mencairkan hati yang tak menentu ini lalu menyatukannya

Ku ingin malam ini terus berlanjut)

"Kak Hara ..." bibir Risa berbisik dengan sendirinya. Lagu dan suara Hara menyentuh hati Risa lebih dari yang ia kira.

Bersamaan dengan bunyi ledakan kembang api, beberapa tetes air mata tanpa sadar terjatuh membasahi pipi Risa. Bahkan Hara, dari mimik wajahnya, tampak terkejut melihat Risa satu-satunya yang menangis di antara semua orang yang bersorak riuh. Sial, erang Risa. Cepat-cepat ia menyeka matanya yang basah dan tersenyum lebar, sebelum Hara menyangka Risa membenci penampilannya.

Tidak mungkin Risa membencinya.

Ia sangat menyukai semua hal dari Hara malam itu.

* * *

Bekal RisaWhere stories live. Discover now