Bab 39 - Kekacauan di Hari Ulang Tahun

573 93 5
                                    

"Hara mana?"

"Aksa mana?"

Pagi itu di rumah keluarga Dhana sesuatu yang aneh terjadi. Untuk pertama kalinya Risa melihat si kembar Hara dan Aksa saling mencari. Dan ketika mereka bertemu di ruang makan, keduanya mengulurkan tangan kanan.

Lalu saling menjabat.

"Selamat ulang tahun," ucap Hara dan Aksa sinkron dengan wajah datar. Itu saja. Kemudian mereka berjalan menduduki kursi masing-masing di ruang makan.

"Kalian nggak punya cara yang lebih sweet buat ngucapin selamat ulang tahun ya?" Risa menggeleng tak habis pikir. Ini kan hari ulang tahun, hari yang istimewa, bukan serah terima jabatan PNS.

"Contohnya?" tanya Hara, sibuk mengetik di depan laptop.

"Peluk? Cipika-cipiki?"

Aksa menoleh pada kembarannya dengan wajah bertanya-tanya. "That fake reaction when girls see each other?" Risa masih bisa mendengar Aksa berbisik pada Hara.

"Yeah." Hara asal jawab. Dia mungkin bahkan tak menyimak pertanyaan Aksa dengan seksama.

"No, Kak Aksa. Itu nggak fake. Itu adalah ungkapan rasa sayang."

Risa mencoba meluruskan persepsi Aksa sembari meletakkan sepiring omelet daging di atas meja untuk Aksa. Omelet daging buatannya hari ini istimewa. Selain rasanya yang berbeda karena Risa menambahkan beberapa bahan tambahan, Risa juga menggambar muka beruang dan tulisan 'Happy Birthday' di atasnya dengan saus tomat.

"Maaf ya, Kak, beruangnya agak penyet." Risa meratapi hasil karyanya sendiri. Tak sengaja tadi ia memotong ujung pipa sausnya terlalu lebar. Sekarang beruang yang ia gambar terlihat seperti habis terjepit pintu.

Aksa nyengir lebar. "Doesn't matter. Aku tetep suka kok."

"Sama makanannya kan?" sambar Hara tanpa permisi.

Sengaja Aksa mempertahankan cengirannya untuk ia alihkan pada Hara ditambah kedua alis yang terangkat. "Perlu gue jawab?" tantang Aksa.

Bunyi klak-klik keyboard tak terdengar lagi. Saat Risa menoleh, Hara dan Aksa sudah beradu tatap. Hawa membunuh menyelimuti mereka berdua. Risa bahkan bisa melihat aliran listrik tak kasat mata menyengat di antara mereka berdua. Sebelum bumi retak karena ulah mereka berdua, Risa cepat-cepat menutup laptop Hara, tak lupa menyambar lengan dan tas cowok itu. "Ayo, berangkat!" seru Risa dengan nada pura-pura riang kemudian menyeret Hara pergi.

"Balikin ucapan selamat ulang tahun gue barusan!" desis Hara mengancam kembarannya.

"Sshh! Berangkat ya. Kita berangkat." Risa terus membawa Hara menjauh, persis seperti melerai anak kecil.

Aksa melambai santai dari tempat duduknya disertai senyum puas karena Hara tak bisa menyentuhnya.

Deru mesin mobil sayup-sayup menjauh, lalu tak terdengar lagi. Menyisakan Aksa seorang diri dalam sunyi. Jangan khawatir, Aksa sudah terbiasa. Bertahun-tahun menjadi tahanan rumah, ia jadi kebal terhadap yang namanya kesepian.

Dengan pisau di tangan kanan, Aksa membelah omelet buatan Risa tepat di bagian tengah. Lelehan keju menyambut, membungkus irisan daging tebal, nori, jamur dan bahan-bahan lainnya. Kembali ia memotong, kali ini dengan ukuran yang muat di dalam mulutnya.

Sengaja Aksa mengunyah dengan sangat perlahan. Ia ingin merasakan setiap detail yang dibawa oleh omelet ini. Tidak hanya cita rasa, tapi juga perasaan bahagia ketika melihat Risa meletakkan piring ini di hadapannya.

Kemudian Aksa tertegun. Giginya berhenti mengunyah.

Hari ini adalah ulang tahunnya kan?

Ulang tahun bagi Aksa bukan hanya perayaan tahunan biasa. Tapi juga kelegaan bagi dirinya karena masih bisa bernapas hingga saat ini. Tidak banyak orang yang mengerti bagaimana hidup setiap hari dengan perasaan was-was apakah mereka bisa melewati hari ulang tahun mereka berikutnya atau tidak.

Bekal RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang