2

6K 623 17
                                    

Taehyung tahu, kalau semenjak kakaknya dipertemukan dengan keluarga calon tunangannya itu, akan ada hal berbeda yang akan terjadi pada kehidupannya.

Seperti melihat kakaknya yang pagi-pagi sibuk kesana kemari mencari baju, dan minta bantuan padanya untuk memilih.

"Tae, cocok nggak baju ini sama aku?"

Taehyung balas dengan anggukan saja.

"Ah, kamu bohong! Pasti nggak bagus! Bentar, aku ganti lagi!"

Tuhan, tolong sabarkan Taehyung.

Atau—kakaknya yang dengan ribut menunggu tunangannya datang menjemput dan minta Taehyung menemani sampai tunangannya itu datang. Taehyung juga harus dekat dengan calon kakak iparnya, begitu kata kakaknya.

"Pagi," sapa calon kakak iparnya itu—yang kata kakaknya namanya Jeongguk—dengan senyum. Lelaki itu datang dengan menggunakan mobil, dengan tampilan klimis khas pekerja kantoran.

Pikir Taehyung, sapaan itu tentu ditujukan pada kakaknya, jadi Taehyung tak menanggapi; bahkan terkesan acuh tak acuh.

"Pagi, Jeonggukie!" sapa kakaknya dengan semangat. "Tae, kakak berangkat dulu. Jangan lupa kunci pintu nanti kalau mau pergi, kakak titip pamit sama Mama."

"Iya." balas Taehyung pendek, "Mas, tolong hati-hati bawa kakak saya." pesannya pada tunangan kakaknya itu; yang dibalas dengan anggukan pelan.

Taehyung lantas balik badan dan langsung menutup pintu.

"Jadi, kak Jennie dijodohkan?" tanya Jimin—sahabatnya.

Taehyung yang tengah sibuk mengunyah ramen, anggukkan kepala sebagai jawaban. "Iya, baru kemarin."

"Terus, gimana? Ganteng nggak?"

Taehyung mendesis sebentar karena rasa pedas ramennya, ambil minuman dengan cepat kemudian menjawab, "Ya—biasa saja menurutku."

"Kak Jennie mau-mau aja dijodohkan begitu?" Jimin sibuk menyuapi ramennya yang sisa separuh cup.

Taehyung angkat bahu, "Nggak tahu. Tapi, kayaknya, kakakku naksir sama mas-mas itu."

Dering telepon Taehyung sejenak menghentikan percakapan antarkeduanya. Taehyung bisa melihat kalau kakaknya itu menelepon. Jimin yang melihat Taehyung masih sibuk dengan makanannya lantas menerima panggilan itu.

"Halo, kak Jen?"

"Iya, ini Jimin." Jimin melirik Taehyung sebentar, "Oh—oke, nanti Jimin sama Taehyung jemput."

Sambungan telepon diputus. Jimin mengembalikan ponsel Taehyung pada si empunya. Taehyung bertanya setelah tandaskan makannya, "Kak Jen nyuruh apa?"

Jimin menghabiskan minumnya dengan segera, "Minta tolong jemput dia di kantornya, sekalin minta antar ke kantornya mas Jeongguk." jawab Jimin, "Mas Jeongguk siapa, Tae?"

Taehyung mengusap bibirnya dengan tisu makan, kemudian hela napas pelan; tahu kalau hal seperti ini akan terjadi, "Mas Jeongguk itu tunangannya kak Jen, yang barusan aku ceritakan ke kamu."

Ah, dasar merepotkan!

"Ah, Jeonggukie!" panggil kakaknya dengan semangat. Tampak tunangan kakaknya itu tengah duduk di sofa lobby kantor, mungkin disuruh menunggu oleh kakaknya. Wajah lelaki itu tampak kusut, Taehyung jelas tidak peduli sebabnya.

Sebelun kakaknya meniti langkah ke arah tunangannya, Taehyung buru-buru berkata, "Aku sama Jimin tunggu di kantin kantor ini aja; takutnya nanti ganggu. Kakak kayaknya butuh ngobrol dengan mas Jeongguk, muka mas Jeongguk kusut begitu soalnya."

Kakaknya mengangguk saja, Taehyung lantas pergi dengan Jimin; berkeliling kantor untuk mencari letak kantin kantor tunangan kakaknya ini. Alasan saja sebenarnya, Taehyung hanya tak ingin kakaknya merasa malu untuk bermesraan dengan tunangannya kalau ada ia dan Jimin disana tadi. Malas juga jika mesti melihat adegan romantis didepannya.

"Tae, nggak mau pesan apa gitu disini?" tanya Jimin. Mengedarkan arah pandangnya ke sekitar, malu juga ditatap sedari tadi oleh beberapa pegawai kantor. Heran mungkin melihat kehadiran mereka.

Taehyung mendengus, "Enggak. Kamu mau suruh aku makan lagi?" bibirnya dimajukan. "Aku itu kenyang tau!"

Jimin terkekeh, "Ya—enggak gitu maksudnya, Tae." Badannya sedikit dicondongkan ke arah Taehyung, birainya berbisik pelan, "Habis kita daritadi diperhatikan sama karyawan sini. Paling tidak kalau ada makanan atau minuman kan tidak canggung begini."

Edarkan pandangan ke sekitar kemudian napasnya dihela, Taehyung berkata, "Ya sudah. Beli saja, ayo. Kamu masih ada uang kan?" Taehyung beranjak dari kursinya.

Jimin balas dengan anggukan kepala, "Ada. Tenang aja, kayaknya kalau cuma beli minum, cukup uangnya."

Taehyung mencibir, "Dasar!"

"Mau kemana, Tae?" suara kakaknya terdengar, membuat langkah keduanya terhenti.

"Mau beli makan?" tanya lelaki yang berdiri disamping kakaknya. Matanya menatap lurus ke arah Taehyung.

"E—eh, iya," balas Jimin canggung. Taehyung melirik sejenak ke arah Jimin lantas mendengus, "Enggak, mau beli minum aja, kok."

Tunangan kakaknya itu mengangguk paham, "Bilang aja mau minum atau mau makan apa. Biar mas pesankan." katanya sambil tersenyum canggung. "Kalian duduk saja disini. Mau pesan apa?"

Taehyung menatap tunangan kakaknya selama beberapa saat. Sepertinya, ia bisa memercayakan kakaknya pada orang itu.

[]

sabar, kookv nya nanti, ehe.

hardOnde as histórias ganham vida. Descobre agora